Penyebab Tes Swab PCR Lebih Mahal dari Rapid Test Antibodi

CNN Indonesia
Kamis, 03 Sep 2020 06:33 WIB
Pakar membeberkan sejumlah alasan mengapa tes swab dengan metode RT-PCR lebih mahal ketimbang rapid test antibodi.
Ilustrasi. Alasan mengapa tes swab dibanderol lebih mahal dari rapid test. (Dok. PSSI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar membeberkan alasan tes Covid-19 dengan metode reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) atau tes swab untuk mendeteksi virus corona SARS-CoV-2 lebih mahal dari tas antibodi (antigen) atau lebih dikenal dengan rapid test.

Menurut Ahli mikrobiologi Universitas Indonesia, Pratiwi Pujilestari Sudarmono, RT-PCR membutuhkan biaya lebih banyak karena menggunakan mesin khusus dan alat (kit) pendukung.

"Semua komponen itu ditambahkan maka harganya menjadi mahal. Minimum harganya berkisar antara Rp1,2 sampai Rp1,5 juta," ujar Pratiwi dalam konferensi pers virtual Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab), Rabu (2/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mesin uji mahal

Pratiwi menuturkan tes PCR dilakukan dengan dua tahap, yakni virus yang ada di dalam sel manusia harus diekstraksi. Setelah keluar dari sel, virus akan dideteksi apakah SARS-CoV-2 atau bukan.

Zaman dahulu, dua tahapan tes PCR itu dilakukan secara manual. Namun, pengetesan oleh manusia punya tingkat kesalahan yang lebih tinggi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dua tahapan itu dikerjakan dengan menggunakan alat yang dibuat di pabrik untuk mengurangi tingkat kesalahan.

"Harga (per satu kali tes memakai) dua kit ini rerata adalah sekitar Rp500-600 ribu. Kemudian sisanya adalah swab-nya untuk mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan. Kemudian kita perlu Viral Transport Medium (VTM) agar virus tidak mati," ujarnya.

Bahkan, kedua tahapan itu bisa dilakukan secara otomatis dengan mesin. Akan tetapi, kit dan mesin harus selaras, tidak bisa pakai kit dengan merek berbeda dan dinamakan sistem tertutup.

"Yang banyak di Indonesia adalah sistem terbuka di mana kita bisa beli kit dari banyak sekali sumber, kemudian kita pakai di berbagai merek mesin," ujarnya.

Dibuat di luar negeri

Pratiwi menyampaikan kit untuk PCR memang mahal. Sebab, dia mengatakan kit membuat pengetesan menjadi otomatis. Harga alat juga mahal karena dirakit di luar negeri. Di Indonesia, tidak ada pabrik yang memiliki kapasitas membuat kit PCR.

Anggota dewan mengikuti tes usap (swab test) COVID-19 di Gedung DPRD Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (26/8/2020). Dinas Kesehatan Sidoarjo melakukan tes usap kepada seluruh anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo pernah mengikuti rapat paripurna bersama almarhum Pelaksana tugas (Plt) Bupati Sidoarjo, Nur Achmad Syaifuddin yang meninggal dunia pada Sabtu (22/8) dalam status pasien terkonfirmasi positif COVID-19. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/awwSejumlah alasan mengapa tes swab PCR lebih mahal dari rapid test antibodi. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/aww)

Harus pakai APD

Tak hanya itu, petugas yang mengambil sampel swab harus menggunakan alat pelindung diri. Dia mengatakan APD sangat penting mengingat sampel virus diambil dari jarak dekat.

Limbah tak bisa dibuang sembarangan

Kemudian, sarana pembuangan limbah swab juga menambah biaya RT-PCR. Limbah swab berbahaya, sehingga tidak boleh dibuang sembarangan.

"Kemudian perlakuan terhadap spesimen, virus, dan di laboratorium harus dilakukan di laboratorium khusus. Harus dilakukan di laboratorium biosafery level-2 yang memerlukan pemeliharan yang spesifik," ujar Pratiwi.

Jasa dokter dan analis

Dari seluruh itu, Pratiwi mengakumulasi biaya yang diperlukan untuk sekali tes RT-PCR berkisar Rp1,2-1,5 juta. Bahkan, itu belum termasuk biaya lain seperti jasa dokter hingga analis.

"Itu yang menyebabkan mahal," ujarnya.

Tes lebih akurat

Meski mahal, Pratiwi menegaskan RT-PCR lebih akurat. Dia mengatakan RT-PCR tidak perlu diulang seperti rapid tes antibodi untuk mengkonfirmasi.

GSI Lab secara resmi membuka laboratorium tes PCR pertama di Indonesia yang memiliki kapasitas layanan tes PCR berskala nasional dan berkapasitas besar.

Dalam sehari, GSI Lab mampu melakukan pengetesan hingga 5.000 tes. Standar laboratorium GSI Lab disebut mengikuti standar Biosafety Level (BSL) 2+.

GSI Lab juga bisa melakukan pengambilan sampel swab melalui sistem drive through, walk through dan ride through. Selain itu masyarakat juga dapat memilih untuk dilakukan pengambilan sampel swab di lokasi yang diinginkan.

Terdapat pula program #SwabAndSaveIndonesi, yakni setiap dua tes gratis hasi donasi.

(jps/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER