Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyatakan hoaks dan disinformasi di media sosial jelang tahapan Pilkada serentak tahun 2020 masih rendah. Ketua Mafindo Muhammad Jawy mengatakan hoaks dan disinformasi baru terkait dengan figur kepala daerah yang sudah dikenal publik.
"Saat ini dalam pantauan kami hoaks dan disinformasi terkait pilkada yang dibahas di level nasional umumnya terkait dengan figur yang sudah dikenal publik seperti Gibran di Surakarta," ujar Jawy kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/9).
Jawy menuturkan hoaks dan disinformasi dalam Pilkada biasanya tidak banyak menyita perhatian nasional. Dia mengatakan hoaks dalam Pilkada biasanya beredar di group lokal kabupaten, kota, yang tidak masuk ke level nasional dan tidak masuk dalam pantuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak begitu menyita perhatian nasional, dia menjelaskan hoaks atau disinformasi pada pilkada tidak berbeda dengan pilpres. Melihat Pemilu 2019 dan Pilkada serentak 2018, dia berkata sangat banyak hoaks yang menyerang kandidat.
"Juga menyerang legitimasi penyelenggara pemilu," ujarnya.
Berdasarkan data Mafindo, jumlah berita tidak benar yang dikumpulkan dalam database Mafindo mencapai 1.221 hoaks pada 2019. Terjadi peningkatan sebesar 224 hoaks jika dibandingkan dengan tahun 2018.
Salah satu penyebab hoak meningkat tahun lalu adalah karena tahun 2019 merupakan tahun politik yang ditandai dengan Pemilu Presiden. Dari segi tema, hoaks politik masih tetap merajai dengan jumlah 644 (52 persen).
Dari segi tipe misinformasi/disinformasi, jenis konten yang salah ditemukan paling banyak. Disusul dengan konten menyesatkan, konten palsu, dan konten yang dimanipulasi.
Adapun hoaks yang paling banyak ditemukan mengandung materi narasi dan foto. Kemudian disusul dengan hoaks berbentuk narasi dan hoaks yang terdiri dari kombinasi antara narasi dan video.
Mafindo menilai tingginya jumlah hoaks berbentuk narasi menandakan bahwa hoaks yang terhitung sederhana masih cukup ampuh untuk mengelabui publik. Itu menandakan begitu rendahnya level literasi digital masyarakat.
Dari segi saluran penyebaran hoaks, Facebook tetap menjadi sarana yang digunakan untuk menyebarkan hoaks. Sedangkan untuk kategori aplikasi chat online, WhatsApp adalah juaranya.
Mafindo menyampaikan berakhirnya periode Pemilu tidak lantas menjadikan hoaks mereda. Dalam Pilkada serentak 2020, Mafindo menilai perang melawan hoaks akan bergeser ke daerah dan akan berlangsung semakin sengit.
"Tantangannya semakin besar mengingat tingkat literasi digital warga lokal masih lebih rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Diperlukan langkah-langkah strategis secepatnya untuk meningkatkan kemampuan literasi digital warga lokal, dalam upaya mengatasi hoaks," dikutip dari Mafindo.
(jps/mik)