Layanan navigasi dan pemetaan milik Google, Waze menyatakan akan memecat 5 persen tenaga kerja globalnya, atau sekitar 30 orang dari 555 total karyawan. Waze juga akan menutup beberapa kantornya di kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin untuk memfokuskan kembali bisnisnya di pasar tertentu.
Waze mengatakan pemutusan hubungan kerja tersebut sebagian karena pandemi virus corona Covid-19 gelombang baru, yang telah mengosongkan jalan raya di seluruh dunia dan membuat banyak kota alami lockdown.
Melansir The Verge, lebih sedikit orang yang menggunakan Waze untuk kebutuhan navigasi harian karena bekerja dari rumah telah menjadi norma baru. Sehingga, lebih sedikit pendapatan iklan untuk perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waze, yang diakuisisi oleh Google pada tahun 2013 seharga US$1,1 miliar atau Rp16,4 triliun, telah mengalami penurunan pengguna. Secara global, pelanggan Waze berkendara 60 persen lebih sedikit di bulan Maret tepatnya saat lockdown karena Covid-19 mulai diberlakukan, dibandingkan dengan bulan Februari.
Waze juga mengatakan kilometer berkendara turun 70 persen saat lockdown imbas virus SARS-CoV-2. Namun, berangsur pulih saat orang-orang kembali bekerja di negara-negara di mana pembatasan telah dicabut pada bulan Juni.
Melansir Business Insider, CEO Waze Noam Bardin dilaporkan telah memberi tahu karyawan bahwa fokus perusahaan akan dialihkan ke penjualan iklan, kemitraan, dan tim pemasaran Waze.
Sedangkan perusahaan yang ditutup adalah kantor pemasaran di Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Kolombia, Argentina, dan Chili.
Bardin juga menyebut karyawan yang kena PHK akan menerima gaji hingga awal tahun 2021, serta menerima bonus akhir tahun, tunjangan kesehatan, dan bantuan mencari pekerjaan baik di Google atau di tempat lain.
Lihat juga:Cara Pembuatan Peta di Waze |