Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengungkapkan "kiamat" bisa terjadi pada revolusi industri 4.0 ketika satelit yang mengantariksa terganggu. Satelit yang terganggu potensi menimbulkan gangguan besar bagi kehidupan manusia di Bumi.
Menurut Thomas badai matahari saat ini cukup mengancam operasi satelit di antariksa.
"Bayangkan jika satelit terhantam badai matahari dan rusak, ada yang mati dan tidak bisa berfungsi lagi, dan justru mengganggu satelit lain yang masih berfungsi," kata Thomas saat membuka webinar "Festival Sains Antariksa 2020: Satellite for Better Life", Rabu (7/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Thomas, hal itu menyebabkan sekian banyak kehidupan di Bumi akan terganggu, dan sekian banyak operasional bank bakal terganggu. Itu terjadi saat satelit Telkom-1 milik PT Telkom Indonesia terganggu dan membuat masyarakat tidak bisa akses ATM.
Sejak satelit Sputnik 1 yang diluncurkan Rusia mengorbit pada 1957, teknologi satelit terus berkembang dan semakin menjadi kebutuhan. Teknologi satelit menjadi tulang punggung teknologi informasi dan komunikasi yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa ini.
Indonesia menjadi negara ke-3 sesudah Amerika Serikat dan Kanada yang memanfaatkan satelit komunikasi dengan meluncurkan satelit Palapa tahun 1976.
Sejak saat itu, Thomas mengatakan, masyarakat membiasakan penggunaan satelit untuk komunikasi. Penggunaan satelit kemudian meluas ke bidang penyiaran dan kemudian internet.
Indonesia, ia melanjutkan, juga menggunakan satelit untuk memantau Bumi, cuaca, sumber daya alam, dan lingkungan di samping untuk keperluan telekomunikasi data perbankan.
"BRI satu-satunya yang punya satelit sendiri, dan kita paham perbankan salah satu sektor perekonomian yang banyak didukung teknologi satelit. Komunikasi data sangat bergantung dengan satelit. Tanpa membawa uang tunai kini kita bisa mengambil di ATM," ujar Thomas.
Thomas menyebut pada 2020 sebagai tahun istimewa karena berbagai pembatasan dan hambatan yang muncul akibat pandemi COVID-19 memaksa masyarakat meloncat lebih cepat ke kehidupan revolusi industri 4.0.
Pandemi membuat berbagai kegiatan harus dilakukan dari jarak jauh, mulai dari jual beli, pembelajaran, rapat-rapat pemerintah, seminar, hingga konferensi.
"Sekarang siswa juga dipaksa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Tentu masing-masing kita harus belajar terkait perkembangan baru ini," tutupnya.
(antara/mik)