Uji Klinis ke-3, Penemuan Vaksin Corona dari China Kian Dekat

CNN Indonesia
Senin, 12 Okt 2020 06:18 WIB
Vaksin corona yang diproduksi China telah semakin dekat. Sejumlah uji klinis vaksin telah memasuki fase ketiga.
Ilustrasi. Vaksin corona yang diproduksi China telah semakin dekat. Sejumlah uji klinis vaksin telah memasuki fase ketiga. (iStockphoto/kiattisakch)
Jakarta, CNN Indonesia --

China semakin dekat menemukan terobosan vaksin Covid-19. Sejumlah uji klinis vaksin telah memasuki fase ketiga.

Fase ketiga dalam uji klinis merupakan tahapan terakhir dan terpenting sebelum akhirnya vaksin disetujui untuk diproduksi, didistribusi, dan digunakan.

Mengutip CNN, ada empat kandidat dari 10 pembuat vaksin yang kini telah mulai memasuki uji klinis fase ketiga. Sebanyak dua di antaranya berasal dari China, yaitu China National Biotec Group (CNBG) dan China National Pharmaceutical Group (Sinopharm).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Head of CNBG Yang Xiaming memprediksi penemuan vaksin yang pas bakal lebih cepat dari yang diharapkan. Pihaknya kini sedang melakukan uji coba klinis ke 42 ribu peserta di Uni Emirat Arab, Bahrain, Peru, Maroko, dan Argentina.

"Kami hanya berjarak satu mil lagi dari kesuksesan," ujarnya dalam konferensi bioindustri di Wuhan, China, beberapa waktu lalu. Pihaknya bahkan telah memberikan vaksin ke lebih dari 100 kandidat sebelum pemerintah menyetujui uji coba klinis pada 12 April lalu.

"Kami disebut pelopor. Sebelum ada persetujuan [uji coba] klinis, kami memiliki empat orang di gelombang pertama, 38 orang di gelombang kedua dan dengan gelombang ketiga total 138 orang berpartisipasi untuk menguji keamanan dan kemanjuran [vaksin]," lanjutnya.

Hal serupa juga dilakukan Sinopharm. Melalui pernyataan daring, mereka menginformasikan bahwa seluruh pegawai termasuk pejabat di perusahaan tersebut telah mendapatkan vaksin sebelum uji klinis dilakukan pada akhir Mei.

Umumnya, produksi vaksin memakan waktu hingga bertahun-tahun. Namun, di tengah pandemi, produksi vaksin dipercepat, termasuk dengan upaya pengujian yang dilakukan lebih dulu dan tidak sesuai dengan regulasi umum. Apalagi, China telah mengeluarkan program penggunaan darurat untuk vaksin.

Kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac, misalnya, termasuk dalam program penggunaan darurat. Setidaknya 90 persen atau setara hingga 3 ribu karyawan di perusahaan tersebut telah menerima vaksin eksperimental.

ilustrasi vaksin coronaIlustrasi. Sejumlah perusahaan produsen vaksin di China telah memulai uji klinis fase ketiga. (iStockphoto/licsiren)

Pemerintah China juga menyetujui vaksin CanSino Biologics yang digunakan untuk anggota militer pada Juni lalu. Peserta yang menerima vaksin dapat menolak atau menyetujui alias bersifat sukarela.

Namun sejumlah ahli khawatir hal ini dapat berpotensi menimbulkan efek samping yang tidak diketahui kepada pemakai. Ini pun bertentangan dengan norma etika dan keselamatan internasional.

"Meskipun ada klaim resmi bahwa vaksin itu aman dan efektif, mungkin bukan keputusan yang bijaksana untuk melibatkan begitu banyak orang dalam skala besar sebelum data sistematis dari uji klinis fase tiga tersedia," ujar pakar kesehatan global, Yanzhong Huang.

Huang bahkan menduga, upaya pemerintah untuk secara agresif mengembangkan dan mempromosikan vaksin didorong oleh pertimbangan politik dan kebijakan luar negeri.

Menurut catatan histori, industri vaksin China sendiri tak bebas dari skandal. Misalnya, Changsheng Biotechnology Co pernah didenda pada 2018 karena inspeksi data dan pembuatan vaksin yang bermasalah.

Pada 2017, perusahaan tersebut juga dikritik karena memproduksi vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) yang ternyata tidak efektif untuk anak-anak. Pada uji klinis tahap tiga ditemukan bahwa salah satu vaksin rusak.

Presiden China Xi Jinping sendiri berulang kali mendorong ilmuwan di negaranya untuk mempercepat penelitian dan pengembangan virus corona. Ia menekankan upaya ini menjadi tugas politik yang penting.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pekan ini menetapkan ketentuan bahwa produsen vaksin harus memberikan laporan keamanan pemakaian selama dua bulan setelah diberikan kepada sukarelawan sebanyak dua dosis. Baru perusahaan tersebut dapat mengajukan program penggunaan darurat.

China sendiri telah menjanjikan banyak negara, khususnya negara berkembang yang membantu pengujian klinis fase ketiga, agar menjadi prioritas ketika vaksin sudah berhasil diproduksi.

(fey/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER