Beberapa ilmuwan di seluruh dunia mendeskripsikan wabah virus corona penyebab penyakit Covid-19 sebagai sindemi, bukanlah pandemi.
Pemimpin Redaksi jurnal ilmiah The Lancet, Richard Horton menjelaskan sindemi adalah usaha menyatukan sinergi dan pandemi.
Sindemi bisa muncul ketika dua atau lebih penyakit berinteraksi sehingga menyebabkan efek merusak yang lebih besar daripada jumlah korban dari kedua penyakit itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihubungi terpisah, Ahli Epidemiolog & Pandemi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan sindemi adalah kumpulan atau kejadian dari dua atau lebih pandemi atau epidemi secara bersamaan atau berurutan yang memperburuk progosis (prediksi pengembangan penyakit).
"Atau bisa juga suatu kejadian kelompok penyakit dalam suatu populasi dengan interaksi biologis, yang memperburuk prognosis dan beban penyakit yang sudah ada," kata Dicky, Kamis (12/11).
Penyakit yang menular dengan cepat di wilauyah tertentu.
Pandemi adalah epidemi yang memengaruhi berbagai penjuru dunia dalam waktu bersamaan. Sebelumnya, Covid-19 digolongkan dalam kategori ini. Namun, karena dampaknya lebih besar, ahli sekarang mengategorikan penyakit ini sebagai sindemi.
Penyakit yang muncul pada negara atau wilayah tertentu yang spesifik dalam rentang waktu tertentu. Biasanya bertahan hingga hitungan tahun. Contoh cacar air atau malaria.
Kepanjangan dari sinergi dan pandemi, yang menyebabkan kerugian yang lebih besar dari jumlah korban penyakit itu sendiri. Misal, perpaduan Covid-19 dengan penyakit bawaan pasien, seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung, seperti dikutip Marca.
Lebih lanjut, Horton menyebut wabah virus corona SARS-CoV-2 adalah sebuah sindikat. Sebab, Covid-19 berinteraksi dengan penyakit tidak menular lain seperti diabetes, kanker, masalah jantung. Bahkan dalam konteks sosial dan lingkungan, Covid-19 juga berinteraksi dengan populasi padat dan kumuh yang menandakan ketimpangan ekonomi.
"Sindemi dicirikan oleh interaksi biologis dan sosial antara kondisi dan keadaan, interaksi yang meningkatkan kerentanan seseorang terhadap bahaya atau memperburuk hasil kesehatannya," ujar Horton.
Gagasan tentang sindemi pertama kali dikandung oleh Merrill Singer, seorang antropolog medis Amerika, pada 1990-an. Menulis di The Lancet pada 2017, Singer berpendapat bahwa pendekatan sindemi mengungkapkan interaksi biologis dan sosial yang penting untuk prognosis, pengobatan, dan kebijakan kesehatan.
Bagi Horton, Covid-19 di mata sindemi bisa membuat penanganan secara holistik atau menyeluruh dan komprehensif. Baginya, mengatasi Covid-19 berarti mengatasi hipertensi, obesitas, diabetes, penyakit kardiovaskular dan pernapasan kronis, serta kanker.
Lebih lanjut, Horton juga mengungkap sindemi mengukur Covid-19 dari sisi kesenjangan sosial yang bisa mengakibatkan sanitasi buruk, imunisasi minim, dan masalah kekurangan gizi yang bisa meningkatkan penularan dan tingkat kematian Covid-19,
"Mendekati Covid-19 sebagai sindemi akan mengundang visi yang lebih besar, yang mencakup pendidikan, pekerjaan, perumahan, pangan, dan lingkungan," tutur Horton dikutip dari The Lancet.
Virus corona SARS-CoV-2 telah menginfeksi 37 juta orang dan mematikan 1 juta orang.
(jnp/eks)