Perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS), Microsoft, menyebut bahwa peretas yang didukung oleh pemerintah Rusia dan Korea Utara telah menargetkan perusahaan farmasi yang terlibat dalam upaya pengembangan vaksin corona.
Microsoft mengatakan pada hari Jumat (13/11) waktu setempat bahwa serangan itu menargetkan tujuh perusahaan farmasi di Amerika Serikat, Kanada, Prancis, India, dan Korea Selatan.
Microsoft mengatakan telah memberi tahu perusahaan yang terkena dampak, tetapi menolak menyebutkan nama perusahaan-perusahaan yang jadi sasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami pikir serangan ini tidak beralasan dan harus dikutuk," kata Kepala Keamanan dan Kepercayaan Pelanggan Microsoft, Tom Burt seperti dikutip Tech Crunch.
"Di antara target tersebut, mayoritas adalah pembuat vaksin yang memiliki vaksin Covid-19 dalam berbagai tahap uji klinis," tambahnya seperti dilansir The Verge.
Microsoft mengatakan metode yang digunakan peretas adalah brute force untuk mencuri kredensial login dan serangan spear phising di mana peretas menyamar sebagai perekrut yang mencari pekerjaan serta perwakilan dunia WHO.
"Sangat mengganggu bahwa tantangan ini sekarang telah bergabung karena serangan siber digunakan untuk mengganggu organisasi perawatan kesehatan yang memerangi pandemi," jelas Burt.
Mengutip The Verge, raksasa teknologi itu menyalahkan serangan itu pada tiga kelompok peretas yang berbeda salah satunya dari Rusia yaitu APT298.
Sementara dua kelompok lainnya yang didukung oleh rezim Korea Utara yaitu Lazarus Group dan Microsoft Cerium.
Microsoft mengatakan kelompok itu juga menggunakan email spearphishing bertarget yang menyamar sebagai perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia, yang ditugasi mengoordinasikan upaya untuk memerangi pandemi COVID-19.
(din/eks)