Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan tidak dapat memprediksi secara pasti daerah yang akan dilanda oleh hujan es. Prakirawan BMKG Tomi Ilham mengatakan hujan es baru bisa dideteksi setengah jam sebelum kejadian.
"Karena waktu kejadiannya cukup singkat sehingga baru bisa terdeteksi sekitar 30 menit hingga 1 jam sebelum kejadian," ujar Tomi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/11).
Meski tidak bisa memprediksi daerah secara pasti, Tomo menyampaikan hujan es lebih sering terjadi di daerah pegunungan. Namun, kata dia juga tidak menutup kemungkinan hujan es juga dapat terjadi di daerah dataran rendah di wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umumnya, lanjut Tomi hujan es dipengaruhi oleh ketinggian awan Cumulonimbus yang cukup rendah.
"Saat di daerah pegunungan umumnya ketinggian awannya relatif lebih dekat dengan permukaan bumi dibandingkan dengan di daerah dataran rendah," ujarnya.
Selain itu, Tomi kembali berkata bahwa semua daerah di Indonesia memiliki potensi dilanda hujan es. Namun, tergantung kondisi atmosfer di wilayah tersebut pada saat awan Cumulonimbus tersebut terbentuk.
Sebelumnya, BMKG mengatakan bahwa proses terjadinya hujan es adalah ketika terjadi kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku. Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar.
"Karena ukurannya, walaupun telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak semua es mencair," kata Prakirawan BMKG Iqbal Fatoni.
Penyebab utama hujan es adalah daya angkat atau konvektif yang cukup kuat di wilayah tersebut, yang biasanya membentuk awan Cumulonimbus yang cukup tinggi. Sehingga ketika terjadi hujan es biasanya disertai hujan, petir, maupun angin kencang.
Lihat juga:Cara Amati Puncak Hujan Meteor Orionid |