Ahli menyebut vaksin corona buatan Sinovac Biotech dari China yang baru saja tiba di Indonesia akan lebih mudah didistribusikan.
Sebab, menurut Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo, vaksin corona China ini tak membutuhkan suhu super dingin seperti yang dibutuhkan oleh berbagai vaksin RNA.
Sebagai contoh vaksin corona yang dibuat dengan teknologi RNA buatan Pfizer dan Moderna, harus disimpan disuhu sangat dingin. Vaksin Pfizer mesti disimpan di suhu minus 70-80 derajat Celcius. Sementara vaksin Moderna disimpan di suhu minus 20 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, vaksin Covid-19 Sinovac dilaporkan hanya membutuhkan suhu 2 sampai 8 derajat Celsius. Sehingga, penyimpanan vaksin ini bisa memanfaatkan freezer pada kulkas yang biasa digunakan di Indonesia.
Sehingga, distribusi dan proses logistik vaksin yang berjenis vaksin mati (inactivated virus) ini akan lebih mudah. Keperluan tempat penyimpanan ini tak akan menyulitkan proses distribusi dan logistik vaksin karena vaksin Sinovac bisa disimpan di kulkas biasa.
"Kabarnya vaksin Sinovac bisa disimpan di kulkas puskesmas," kata Ahmad saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (7/12).
Kendati demikian, Ahmad memberi catatan agar Bio Farma atau pemerintah berinvestasi di alat monitor suhu untuk melakukan pencatatan suhu.
"Selama mereka punya alat monitor suhu yang bisa koleksi data secara real time saya tidak khawatir. Memang perlu investasi alatthermo loggeryang akurat dan bisa diandalkan," ujar Ahmad.
Vaksin RNA butuh penyimpanan sangat dingin
Hal ini, berkebalikan dengan vaksin RNA yang membutuhkan lemari pendingin khusus. Sebab, tak semua tempat menyediakan lemari pendingin yang bisa menghasilkan -80 derajat Celcius. Kulkas pada umumnya hanya mampu menghasilkan -4 derajat Celcius.
Ahmad menjelaskan vaksin RNA harus disimpan dalam suhu super dingin karena rentan terdegradasi dalam suhu ruangan. Vaksin harus dibekukan dalam transportasi dan kemudian dicarikan saat digunakan.
Moderna dan Pfizer / BioNTech membuat vaksin berdasarkan bentuk tubuh protein spike SARS-CoV-2 untuk membangun imunitas.
Protein kemudian berpindah ke permukaan sel dan memicu respons imun. RNA ini relatif rapuh dibandingkan dengan protein atau fragmen protein yang sering membentuk vaksin konvensional. Vaksin RNA mudah pecah pada suhu ruangan.
"RNA itu mudah terdegradasi dibandingkan protein dan DNA," kata Ahmad.
(jnp/eks)