Penyebab Gunung Everest Tambah Tinggi 1 Meter

CNN Indonesia
Rabu, 09 Des 2020 11:58 WIB
Gempa bumi juga bisa menyebabkan bebatuan di Himalaya bergerak dan tumbuh ke atas seperti Gunung Everest.
Gunung Everest tinggi satu meter. (Foto: Tashi Tsering/Xinhua via AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Departemen Survei Nepal dan otoritas China melaporkan Gunung Everest saat ini memiliki ketinggian 8,848.86 meters (29.031,69 kaki) atau tinggi bertambah 86 sentimeter dari atas permukaan laut pada Selasa (8/12). Laporan ini lebih tinggi 2 kaki yang sebelumnya diakui oleh pemerintah Nepal.

Nepal sebelumnya mengukur tinggi Everest sebagai 29.028,87 kaki (8.848 m), sedangkan China memiliki ketinggian 29.017,16 kaki (8.845 m).

China dan Nepal kini sepakat memperbarui ketinggian untuk Gunung Everest, atau mengakhiri perselisihan tinggi puncak Gunung Everest dalam beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketinggian Gunung Everest ditentukan pertama kali pada 1954 menggunakan instrumen seperti teodolit dan GPS, seperti dilansir The Indian Express.

Teodolit sendiri adalah instrumen presisi untuk mengukur sudut di bidang horizontal dan vertikal, terutama digunakan untuk tujuan khusus dalam bidang meteorologi dan teknologi peluncuran roket.

Sebuah teodolit modern terdiri dari teleskop. Ketika teleskop menunjuk target objek, masing-masing sudut sumbu dapat diukur dengan presisi yang besar.

Menurut National Geographic, di bawah bungkusan salju terdapat hamparan bebatuan abu-abu berbintik mirip bebatuan di dasar laut.

Bebatuan tersebut memiliki tinggi 30.000 kaki di atas permukaan laut karena pergerakan lempeng tektonik. Bebatuan itu terus-menerus bergerak, membentuk bidang yang menjadi fokus para peneliti.

Di beberapa tempat, lempengan-lempengan itu terlepas, menciptakan lembah di daratan. Di tempat lain, mereka bertabrakan, mendorong gunung ke langit salah satunya Gunung Everest.

Menjulang di perbatasan Tibet dan Nepal, Gunung Everest terbentuk dari benturan tektonik antara lempeng tektonik India dan Eurasia puluhan juta tahun lalu.

Tabrakan itu menghancurkan lanskap, menaikkan pegunungan sepanjang sekitar 1.500 mil yang kita kenal sebagai wilayah Himalaya.

Tabrakan lempeng menurut National Geographic masih terjadi hingga saat ini dan bergerak beberapa inci setiap tahunnya.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa dampak berkelanjutan dengan Eurasia mungkin memaksa pegunungan di sekitarnya meninggi, dengan perkiraan pengangkatan rata-rata sekitar 10 milimeter per tahun.

Pertumbuhan bisa terjadi secara tiba-tiba, yang disebabkan oleh perubahan lempeng bumi. Gempa bumi juga bisa menyebabkan bebatuan di Himalaya bergerak dan tumbuh ke atas seperti Gunung Everest.

Namun terkait fenomena itu gunung tidak selalu menjadi lebih tinggi selama proses gempa bumi. Bergantung pada bagaimana tanah di sekitar gunung bergerak. Gempa bumi bahkan bisa menyebabkan gunung menyusut.

Pada saat yang sama, saat bebatuan terus naik ke atas, erosi justru menghambat perkembangannya. Angin dan air menyapu permukaan, menyapu sedimen pegunungan dan bebatuan sekitarnya.

(din/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER