Aplikasi identifikasi telepon dan blokir spam Truecaller merilis Truecaller Insight Report 2020. Menurut laporan tersebut, Indonesia menjadi negara penerima spam terbanyak di Asia.
Negara Asia penerima spam terbanyak kedua di bawah Indonesia ialah India, kemudian Vietnam. Untuk urutan global, Indonesia berada di peringkat ke-6 dalam jumlah panggilan spam terbanyak.
"Indonesia sekarang berada di peringkat ke-6 dalam jumlah panggilan spam terbanyak di dunia, lebih baik dibandingkan posisi ke-3 tahun lalu. Namun, di sisi lain, Indonesia, India, dan Vietnam menjadi tiga negara Asia yang masih termasuk dalam 20 Negara penerima spam tertinggi di dunia," kata Director Komunikasi Truecaller, Kim Fai Kok, dalam keterangan tertulis dikutip, Kamis (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Tanda-tanda HP Disadap Hacker |
Di tahun ini, Indonesia memang mencatatkan penurunan panggilan spam sebesar 34 persen, atau rata-rata sekitar 18,3 persen panggilan spam dalam sebulan. Angka ini lebih rendah dari tahun lalu mencapai 27,9 persen panggilan spam.
Tiga institusi utama pengirim spam di Indonesia adalah lembaga keuangan sebesar 52 persen, penyedia jasa asuransi (25 persen), dan operator telekomunikasi (11 persen). Kemudian ada scam atau penipuan (9 persen), dan penagih utang (3 persen).
Namun meski terlihat ada perbaikan, jumlah panggilan scam atau penipuan masih belum ideal. Truecaller mengungkapkan bahwa 1 dari 10 panggilan spam ternyata adalah upaya penipuan. Panggilan spam ini juga 99 persen berasal dari nomor domestik.
"Pelaku penipuan sering menghubungi korban dan meminta kode OTP yang dikirimkan ke ponsel mereka. Penipu lalu menggunakan kode-kode ini untuk mengakses dompet elektronik atau rekening bank korban," ucapnya.
Kim melihat, sedikitnya ada pengaruh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di Indonesia terhadap penurunan spam. Menurutnya, pelaku penipuan ikut berhenti beraksi saat masyarakat sedang dalam masa lockdown.
"Yang kami lihat, ketika terjadi PSBB, akses untuk menggunakan peralatan atau teknologi menjadi lebih terbatas, ini bisa jadi salah satu alasannya. Ketika masyarakat luas sedang dalam mode lockdown, para pelaku penipuan pun juga berhenti beraksi selama beberapa waktu," tuturnya.
Pandemi Covid-19 yang melanda tanah air juga tidak bisa membendung angka spam untuk waktu yang lebih lama. Menurut Truecaller, pandemi hanya mampu membendung angka spam di bulan Maret-April.
Jumlah panggilan spam merosot di periode ini, dan kembali naik pada Mei-Oktober. Pada Mei, jumlah panggilan spam tumbuh hingga 9,7 persen per bulan, angka spam tertinggi yaitu pada Oktober sebesar 22,4 persen.
"Di era pandemi seperti ini, ketika semuanya harus dilakukan serba online, nomor HP kita berfungsi layaknya 'DNA'. Kita tidak hanya menggunakannya untuk menelepon, tapi juga untuk mengakses aplikasi, login, dan bahkan tersambung langsung ke dompet digital atau rekening bank kita, kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan membantu pengguna kami untuk menjaga saluran komunikasi mereka agar tetap aman dan efisien," tutup Kim.
(mln/mik)