Salah satu buoy atau alat pendeteksi tsunami yang berada di Samudera Hindia atau laut selatan Jawa mengeluarkan sinyal pada Senin (4/1). Sinyalnya berupa kedipan lampu yang bisa dipantau dari National Data Buoy Center.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Muhammad Ilyas menduga peristiwa itu tidak berkaitan dengan peristiwa tsunami.
"Kalau tanda seperti itu tadi saya konfirmasi dengan teman-teman itu biasanya memang ada peringatan tsunami, tapi kan kita tidak ada gempa ini. Tetapi bisa juga false, error karena buoynya bergerak," ujar Ilyas kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ilyas menuturkan peristiwa buoy berkedip bukan disebabkan tsunami pernah terjadi di Indonesia. Dia mengatakan buoy milik BPPT di selatan Bali berkedip karena tidak sengaja tersangkut oleh jaring nelayan. Setelah dilepas, buoy berhenti memberi peringatan tsunami.
![]() |
Lebih lanjut, Ilyas menyampaikan suatu negara pemilik buoy biasanya memberikan informasi kepada publik jika benar-benar ada tsunami. Selain itu, ada analisis khusus ketika buoy memberi peringatan tsunami.
Meski demikian, Ilyas mengaku BPPT masih terus melakukan memantau buoy milik Amerika Serikat yang masih berkedip hingga pukul 15.30 WIB. BPPT, kata dia tidak bisa menyimpulkan karena tidak bisa mengakses langsung alat tersebut.
"Kita tidak dapat memastikan karena tidak terhubung langsung alatnya mereka. Itu harusnya AS yang memberitahu," ujarnya.
Di sisi lain, Ilyas mengakui saat ini Indonesia tidak memiliki buoy di wilayah laut selatan Jawa yang belakangan disebut memiliki potensi terjadi gempa besar dan tsunami dahsyat. Namun, dia mengklaim BPPT pernah menempatkan empat unit buoy di kawasan rawan gempa dan tsunami itu.
Secara rinci, dia mengatakan buoy yang ada di laut Cilacap mengalami kerusakan elektronik. Buoy di selatan Bali dan Malang telah hilang.
"Kemudian yang masih ada kemarin ada di Selat Sunda. Itu juga kami ambil untuk diperbaiki karena kadang kirim (data) kata tidak, kayak false gitu," ujar Ilyas.
Terkait dengan kondisi itu, Ilyas menyampaikan BPPT berencana untuk menempatkan tujuh unit buoy baru. Sebanyak dua buoy akan ditempatkan di Sumatera (Nias, Bengkulu, dan Sibora). Sedangkan sisanya akan dipasang di selatan Jawa.
"Penempatan paling lambat Februari 2020. Karena beberapa alt itu sensornya sedang disusun oleh PT PAL Indonesia (Persero)," ujarnya.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, sebuah buoy yang ada di dalam situs National Data Buoy Center AS yang berada di Samudera Hindia, dekat laut selatan Jawa terus berkedip sampai pukul 17.19 WIB. Buoy itu diketahui milk dan dikelola oleh Australian Bureau of Meteorology.
Dalam laman resmi, buoy itu merupakan bagian dari proyek Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunami (DART). Proyek itu adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan untuk deteksi dini dan pelaporan tsunami secara real-time di lautan terbuka.
(jps/mik)