Pengaruh Tumpahan Minyak di Ekosistem Laut

CNN Indonesia
Minggu, 10 Jan 2021 16:02 WIB
TNI AU menemukan dugaan tumpahan minyak pada titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Tumpahan minyak sendiri dapat memengaruhi ekosistem.
Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pesawat TNI AU memeroleh penampakan dugaan tumpahan minyak di area lokasi jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Minggu (10/1) pagi.

"Kontras itu kelihatan," ujar Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda TNI Henri Alfiandi di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Minggu pagi.

"Kira-kira itu tumpahan minyak bahan bakar pesawat," sambungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Henri menyatakan pihaknya pun segera mengkoordinasikan temuan visual tumpahan minyak di sekitar Pulau Laki itu ke tim yang berada di perairan Kepulauan Seribu tersebut. Ia memaparkan temuan itu disampaikan ke KRI Parang.

Lalu, bagaimana pengaruh tumpahan minyak pada kehidupan makhluk-makhluk di lautan?

Tumpahan minyak memengaruhi kehidupan makhluk dalam ekosistem di sana misalnya jika seekor lumba-lumba atau paus menghirup minyak dari bahan bakar alat transportasi maka berpengaruh pada paru-paru, fungsi kekebalan, dan reproduksi.

Saat minyak tumpah di laut, awalnya minyak akan menyebar di air tergantung pada kepadatan dan komposisinya. Gelombang, arus air, dan angin memaksa minyak mengapung ke wilayah yang lebih luas dan berdampak langsung pada laut terbuka dan wilayah pesisir.

Minyak yang mengandung senyawa organik yang mudah menguap, bakal kehilangan 20 sampai 40 persen massanya dan menjadi lebih padat serta kental, seperti dikutip Water Encyclopedia.

Bagian dari limbah minyak yang bisa tenggelam bersama partikel tersuspensi dan sisanya dapat membeku.

Melansir situs Ocean Service NOAA, telur dan larva ikan bisa sangat sensitif bahkan bisa mengalami kematian. Jika ikan terpapar minyak, maka akibatnya menjadi pangan relatif tak aman bagi manusia.

Nasib tumpahan minyak di laut secara jangka panjang biasanya akan menguap, menyebar, mengemulsi, dan lebih mudah terurai.

Oleh karena itu, upaya untuk menghilangkan minyak bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti mendekontaminasi dan memulihkan garis pantai yang terkena dampak.

Teknik yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak tergantung pada karakteristik minyak dan jenis lingkungan di sekitar pantai, misalnya lautan terbuka, pesisir, atau lahan basah.

Selain mendekontaminasi dan memulihkan garis pantai, bisa juga dengan cara skimming untuk menjadikan tetesan minyak lebih kecil demi membatasi kerusakaan di permukaan.

Aksi Pertamina

Pada 2019 lalu, terjadi tumpahan minyak Pertamina di Karawang, Jawa Barat.  Berdasarkan keterangan VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman pada awal Agustus, perusahaan menyatakan memasang oil boom atau alat yang digunakan untuk mengurung tumpahan minyak di air. Pemasangan pun dilakukan berlapis.

Dalam keterangan resmi terpisah, per Jumat (9/8), static oil boom dipasang sepanjang 4.200 meter di lapis pertama dan 400 meter di lapis kedua. Selain itu, untuk mengejar minyak yang lolos, dipasang pula movable oil boom sepanjang 700 meter.

Pemasangan oil boom ini juga dilakukan untuk mencegah tumpahan minyak ke muara sungai.

Untuk membersihkan laut, Pertamina menurunkan empat unit alat pengumpul minyak (oil skimmer) untuk mempercepat penyedotan minyak mentah.

Sebanyak 44 kapal diturunkan untuk membantu upaya miminimalisasi dampak dari tumpahan minyak tersebut. Perseroan juga memantau penanganan tumpahan minyak di sekitar anjungan YY dan wilayah terdampak melalui patroli udara dan laut dalam radius 50-100 km.

(din/asa)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER