Salah satu pedagang mobil bekas dari WTC Mangga Dua, Kelvin, mengaku tidak gentar menghadapi kebijakan relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru mesin kapasitas 1.500 cc ke bawah diberlakukan mulai 1 Maret 2021.
"Kalau saya melihat, pedagang di lingkungan WTC Mangga Dua yang saya kenal, enggak begitu takut karena ini berlaku untuk 1.500 cc ke bawah," kata Kelvin kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Jumat (12/2).
Pria yang memiliki showroom mobil bekas Auto Prime menilai sejumlah pedagang tidak takut karena tidak banyak memiliki mobil bekas di bawah 1.500 cc. Stok dagangan mobil bekas lebih banyak 1.500 cc ke atas atau mobil menengah ke atas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin kalau diberlakukan untuk semua mobil kita akan takut. Seperti dulu kan waktu wacana kebijakan ini pertama kali untuk semua mobil, kalau itu sih pedagang pada ketar ketir," kata Kelvin.
Diketahui, pemerintah akan memberlakukan PPnBM untuk mobil baru mulai 1 Maret 2021. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan kebijakan ini dilakukan untuk mencapai target produksi dalam negeri 1 juta unit.
PPnBM 0 persen yang diusulkan untuk dilakukan sepanjang 2021 dengan beberapa skenario. Dimulai dengan PPnBM 0 persen (Maret-Mei), 50 persen (Juni-Agustus), dan 25 persen (September-November).
Airlangga menyampaikan pemerintah menyiapkan insentif penurunan PPnBM untuk mobil penumpang kurang dari 1.500 cc yaitu untuk kategori sedan dan 4x2, sebagaimana diusulkan Kemenperin, mengutip Antara.
Kelvin sendiri sudah memiliki strategi untuk menghadapi kebijakan itu. Ia akan lebih banyak menyediakan stok mobil dengan 1.500 cc ke atas atau mobil kategori menengah ke atas.
"Kalau jual stok banyak mobil 1.500 cc bisa rugi, misalnya harga baru Rp100 juta karena pajak 0 persen dan harga bekas juga Rp100 juta, orang kan mending beli baru," kata Kelvin.
Lebih lanjut, ia menilai kebijakan sebaiknya dijalankan selama tiga bulan lebih dulu sebagai percobaan. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak terlalu efektif karena Indonesia masih dilanda pandemi.
"Di masa pandemi orang yang masih belanja itu golongan menengah ke atas. Kalau golongan menengah ke bawah, pasarnya mobil 1.500 cc ke bawah, itu tidak banyak yang belanja," kata Kelvin.
Sebelumnya, wacana kebijakan PPnBM pernah ditolak oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tetapi, kemudian masih terus diupayakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang.
(adp/mik)