Menristek/ Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengumumkan perkembangan varian virus corona SARS-CoV-2 asal Inggris (B 1.1.7), Afrika Selatan (B 1.351/ 501Y.V2), dan Brasil (B 1.1.28.1/ P1).
Menurut Bamnbang, ketiga varian virus corona itu belum ditemukan di Indonesia. Dia mengatakan hal itu setelah pemerintah melakukan Whole Genome Sequence terhadap sampel virus corona SARS-CoV-2 yang ada di Indonesia hingga 14 Februari 2021.
"Kami belum menemukan ini (tiga mutasi virus SARS-CoV-2) di Indonesia," ujar Bambang dalam webinar, Senin (15/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang menyampaikan pemerintah telah melakukan 416 Whole Genome Sequence (WGS) sampel hingga 14 Februari 2021. Saat ini, 392 hasil sekuens telah diunggah ke GISAID. Sampel WGS berasal dari 27 provinsi di Indonesia.
Lima provinsi yang paling banyak diambil sampel adalah DKI Jakarta (84), Jawa Barat (77), Jawa Timur (70), Banten (42), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (41).
Bambang mengatakan Indonesia masih terus melakukan WGS. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, sebagai salah satu pihak yang melakukan WGS juga menargetkan menganalisis 5.000 sampel.
Lebih lanjut, Bambang menilai varian baru virus corona SARS-CoV-2 berpotensi memperburuk kondisi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Dia menilai keberadaan varian itu bisa membuat rumah sakit kelebihan kapasitas.
"Meskipun variannya belum ditemukan di Indonesia, namun varian B 1.1.7 misalnya telah dilaporkan di beberapa negara Asia dan Australia, perlu lebih terintegrasi dan pengawasan genom yang lebih kuat," ujarnya.
Bambang membeberkan B 1.1.7 dicirikan oleh 17 mutasi (14 mutasi non-synonymous dan 3 delesi). Penelitian menyebut varian itu 50 persen lebih menular dan 35 persen lebih mematikan dibandingkan varian lain.
B 1.1.7 diketahui telah ditemukan di 82 negara sejak teridentifikasi di Inggris pertama kali. Total WGS terkait varian itu sudah mencapai 67.133.
"Tetapi vaksin masih tampak efektif (terhadap B 1.1.7)," ujar Bambang.
Sedangkan varian B 1.351, Bambang berkata ditandai dengan 8 mutasi yang menentukan garis keturunan pada protein lonjakan, termasuk 3 pada residu penting dalam receptor-binding-domain (K417N, E484K, and N501Y).
Dalam penelitian yang ada, Bambang menyampai bahwa varian Afsel nampak membuat beberapa vaksin Covid-19 menjadi kurang efektif dan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa orang yang sudah menderita penyakit Covid-19 dapat tertular lagi dari strain baru.
"B 1.351 memiliki inti mutasi yang tidak biasa, terutama pada protein lonjakan, yang digunakan virus untuk menempel dan menginfeksi sel manusia, dan juga bagian dari virus yang menjadi sasaran vaksin Covid-19 dan perawatan antibodi," ujarnya.
Berdasarkan data, Bambang mencatat 40 negara sudah melaporkan keberadaan varian itu. Total WGS terkait varian jumlahnya sudah mencapai 1.302.
Sedangkan varian P1, Bambang menyebut memiliki 17 muatan asam amino unik, 3 delesi, 4 mutasi sinonim, satu penyisipan 4nt dibandingkan dengan urutan non-P.1 yang paling dekat hubungannya. Saat ini sebanyak 18 negara sudah melaporkan varian itu dengan jumlah WGS mencapai 1.028.
(mik/mik)