Lebih lanjut Heru memperkirakan penggabungan Indosat dan 3 bisa membuat keduanya lebih besar dari XL. Saat ini Telkomsel ada di peringkat pertama dengan jumlah pelanggan terbesar, disusul XL.
"Setidaknya mereka bisa lebih besar dibanding XL. Dengan lebih besar daripada XL artinya mereka berada di peringkat ke 2. walaupun tidak terlalu dekat ya setidaknya bisa head to head dengan Telkomsel," ujarnya.
Ia mengatakan, kini Telkomsel memiliki jarak yang dianggap jauh dengan operator lainnya, sebab operator pelat merah itu menguasai sekitar 50 persen pengguna seluler di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keunggulan Telkomsel meraup konsumen disebut Heru lantaran operator itu lebih dulu memberikan layanan di Indonesia. Selain itu, jangkauan jaringnan operator ini pun paling luas.
Di samping itu, Heru berpendapat akan ada potensi merger lain dari beberapa provider yang tersisa. Yaitu XL dan Smartfren. Hal ini merupakan respons dari Kominfo yang menyarankan untuk perampingan operator seluler.
"Sesuai dengan analisis kementerian Kominfo, kedepan diharap hanya ada 3 operator seluler," ujarnya.
Menurut Heru, Smartfren kerap tidak dalam posisi yang menguntungkan karena lebih sering rugi dibanding untung. Jadi menurutnya, dirasa perlu untuk menyelamatkan perusahaan itu.
"Smartfren tidak dalam posisi menguntungkan. Kalau kita lihat laporan keuangannya lebih sering rugi dibanding untung. Jadi merger bisa juga untuk menyelamatkan perusahaan," ujarnya.
Selain itu, Heru menilai tidak ada penurunan dan kenaikan tarif yang signifikan imbas dari penggabungan dua perusahaan itu. Ia mengatakan tarif merupakan pertimbangan kompetisi dan segmentasi. Tentunya semua pihak akan melihat tarif para pesaingnya.
"Mereka juga memiliki strategi sendiri juga, berapa sih tarif yang mereka (operator lain) berikan ke masyarakat," kata Heru.
(can/eks)