Gurita cincin biru kembali mejadi buah bibir setelah seorang turis di Bali memegang salah satu gurita paling berbahaya di dunia ini menggunakan tangan kosong.
Turis itu, Kaylin Philips, menunggah pengalamannya melalui akun TikTok@kaylinmarie21pada pekan lalu. Ia terlihat sedang memegang seekor gurita berukuran sekitar 15 cm di sekitar pantai Uluwatu, Bali.
Sebelumnya, seorang warga Australia Aaron Hodgson juga sempat tersegat hewan ini saat berada di pantai di Newcastle, Inggris.
Saat itu, ia sedang memengang banyak kerang di tangannya dan tiba-tiba terasa ada suatu hisapan halus di salah satu jarinya. Hingga akhirnya ia menjatuhkan semua kerang-kerang itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu ia melihat gurita cincin biru yang bersembunyi di salah satu kerang yang jatuh itu. Hisapan di jarinya, berasal dari hewan ini.
Lima menit kemudian, Aaron mengalami mual dan kram perut, dan rasanya dadanya dibilas dengan air dingin di dalam.
Kemudian penglihatannya menjadi kabur, jantungnya mulai berdebar kencang, Aaron tidak bisa bergerak atau berbicara.
Beruntung racun yang menyengatnya tak sampai membunuhnya. Ia dirawat di rumah sakit selama sehari setelahnya dan butuh seminggu hingga pulih total.
Racun gurita cincin biru 1.000 kali lebih kuat daripada sianida. Kandungan racun yang cukup untuk membunuh 26 manusia dewasa dalam waktu beberapa menit saja.
Seringkali gigitan kecil hewan ini tidak menimbulkan rasa sakit. Dengan cara itu korban seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah digigit, hingga akhirnya racun itu masuk dan perlahan melumpuhkan sistem pernafasan.
Penelitian terbaru menyebut semua gurita memang memiliki racun di tubuh mereka. Sebab, racun itu digunakan untuk membunuh mangsa mereka. Namun, tak semua racun gurita berbahaya untuk manusia.
Gurita ini memiliki ukuran 5 sampai 15 sentimeter, terkadang gurita ini memiliki warna kekuningan dengan bulatan-bulatan atau garis biru terang disekeliling tubuhnya.
Warna cincin dan garis biru cerah akan makin jelas nampak ketika akan menyengat lawannya. Hewan memang kerap menggunakan warna dan pola tubuh yang cerah sebagai peringatan untuk pemangsa agar menjauh. Sebuah mekanisme pertahanan diri yang disebut aposematisme, seperti dilansir Independent.
Racun dari gurita cincin biru disebut tetrodotoxin, atau TTX, dan pada kasus yang parah dapat melumpuhkan manusia dalam 30 menit.
Kelumpuhan otot ini akan menjalar ke otot paru-paru sehingga membuat korban kesulitan bernapas dan kekurangan oksigen hingga akhirnya menyebabkan kematian. Anehnya, korban akan tetap sadar ketika mengalami kelumpuhan.
"Mereka bisa mendengar dan mengerti apa yang Anda ucapkan, tapi mereka tak bisa merespons," jelas ahli racun Jamie Seymour dari Universitas James Cook, seperti dikutip ABC.
Reaksi usai disengat gurita tersebut tergantung pada jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Gejala gigitan gurita cincin biru akan berkembang pesat dalam waktu sekitar 10 menit.