Alasan Asam Lambung Jadi Kelemahan GeNose Kala Puasa Ramadan
Peneliti GeNose C19 Dian Kesumapramudya menyatakan GeNose C19 tetap dapat digunakan untuk skrining Covid-19 saat bulan Ramadan. Namun, ada beberapa poin yang menjadi kelemahan alat buatan anak bangsa di bulan puasa ini, salah satunya peningkatan asam lambung yang akan mempengaruhi hasil tes.
Dian menuturkan pemeriksaan GeNose dianjurkan pagi hari atau 6 jam setelah sahur. Sebab, dia khawatir ada peningkatan asam lambung jika tes dilakukan lebih dari 6 jam usai sahur. Kondisi itu dinilai dapat mempengaruhi hasil pembacaan GeNose.
"Terkait peningkatan asam lambung ini sebenarnya bisa diakali dengan berkumur, tetapi tetap lebih baik jangan lebih dari 6 jam sesudah sahur pemeriksaan GeNose-nya" ujarnya melansir laman resmi UGM.
Anggota peneliti GeNose C19, Mohamad Saifuddin Hakim menambahkan waktu lain yang dianjurkan untuk pemeriksaan GeNose adalah setelah berbuka puasa.
"Selain pagi, tes GeNose sebaiknya dilakukan 1 jam setelah berbuka puasa," ujar Saifuddin.
Tim peneliti GeNose UGM kemudian mengatakan ada sejumlah persyaratan agar skrining itu akurat, salah satunya pemeriksaan di pagi hari.
Sebelum Ramadan, pengguna diminta untuk puasa atau tidak makan atau minum yang berbau khas sebelum menggunakan GeNose C19. Pengguna juga diminta tidak merokok sekitar 30 hingga 60 menit sebelum pemeriksaan. Perintah itu untuk meminimalkan terjadinya positif palsu hasil pembacaan GeNose C19.
Sebelumnya, Ketua tim pengembang GeNose, Kuwat Triyana mengaku GeNose tidak optimal menguji orang yang merokok atau makan makanan menyengat seperti petai hingga jengkol. GeNose memiliki kelemahan saat mulut orang yang dites sudah terkontaminasi.
Sehingga, pasien dilarang mengkonsumsi alkohol satu jam sebelum pengetesan. Kedua, pasien diizinkan untuk makan satu jam sebelum pengetesan namun disarankan tidak mengkonsumsi makanan dengan aroma sensitif seperti jengkol, durian, juga petai. Ketiga, pasien juga tidak boleh merokok satu jam sebelumnya.
Di sisi lain, Dian menyampaikan GeNose C19 tengah menjalani proses validasi eksternal agar bisa digunakan dalam penanganan Covid-19 nasional. Validasi eksternal merupakan uji diagnostik yang dilakukan secara independen oleh tim peneliti lain.
Beberapa peneliti yang terlibat dalam validasi eksternal ini antara lain dari UI, Universitas Airlangga, dan Universitas Andalas.
"Kalau dari validasi eksternal ini hasil akurasi konsisten kemungkinan besar GeNose direkomendasikan Kemenkes untuk perluasan pemakaiannya termasuk di puskesmas-puskesmas," jelasnya.
Meski belum skala nasional, GeNose C-19 telah ditetapkan sebagai salah satu syarat skrining bagi pelaku perjalanan penumpang kereta api dan pesawat terbang. Sebanyak 44 stasiun di tanah air diketahui telah menggunakan GeNose untuk skrining Covid-19. Kemudian, empat bandara yaitu di Medan, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.