UGM Ungkap Hand Sanitizer Pengaruhi Kerja GeNose

CNN Indonesia
Senin, 12 Apr 2021 19:03 WIB
Kandungan dalam hand sanitizer menyebabkan kinerja sensor mesin GeNose kurang optimal.
Alat deteksi Covid-19. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkap bagaimana zat dari hand sanitizer bisa mempengaruhi hasil pembacaan sampel nafas melalui alat pendeteksi Covid-19, GeNose C19.

"Karena ini alat (GeNose) yang membau, maka dia sensitif terhadap bau-bau di sekitarnya," kata Perwakilan dari tim pengembang GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra saat sesi jumpa pers di Halaman Gedung Science TechnoPark UGM dan disiarkan secara daring, Senin (12/4).

Ia membuktikannya dengan menyemprotkan udara di sekitar GeNose dengan cairan hand sanitizer. Alhasil, lingkungan udara yang tergambar lewat sumbu Y grafik melebihi ambang batas puncak maksimum atau melewati 2500 mV.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya, udara yang saya tadi kasih hand sanitizer berpengaruh (ke GeNose) karena tersedot ke dalam mesin sini," katanya.

Kandungan dalam hand sanitizer, lanjut Dian, mampu menaikkan konsentrasi udara sehingga membuat nilai dasar kurva atau baseline menjadi tinggi. Sehingga, menyebabkan kinerja sensor mesin kurang optimal.

"Kalau kebetulan pada saat itu kita sedang menganalisis sampel ada hand sanitizer lewat ya kasihan orang yang nafasnya diperiksa. Itulah mengapa mesin ini tidak boleh diletakkan dekat-dekat dengan orang yang diperiksa," jelas Dian.

"Ini karena hand sanitizernya masih tipe ringan, tidak banyak parfumnya maka kurvanya bisa kembali dengan cepat. Tapi kalau hand sanitizer yang kuat, kembalinya lama, susah," sambungnya.

Dian menambahkan, alat ciptaan para peneliti UGM ini bisa menunjukkan hasil uji nafas yang optimal ketika ditempatkan di ruangan dengan sirkulasi udara baik.

Ketika sirkulasi ruangan tempat GeNose diletakkan kurang baik dan udaranya sudah tersaturasi, maka hasil uji nafas bisa kurang akurat.

Ambang batas udara yang tidak baik atau tersaturasi ditengarai apabila kurva Y pada grafik menunjukkan puncak di atas 2750-3000 mV. Oleh karena itu pula ia mengingatkan bahwa quality control oleh operator sifatnya vital dalam tiap pemakaian GeNose.

"Targetnya, sumbu Y tidak boleh keluar hanya 1.000. Harus ada 1.200, 1.400 atau lebih tinggi lagi. Dan sampel mencapai 1.000 kalau analisis lingkungannya nggak bagus. Seperti tiba-tiba di atas 2.500 diterabas saja. Itu biasanya di saat pengambilan napas hanya 1.000 atau 800 puncaknya," paparnya.

Ketika sumbu Y grafik tak kunjung turun ke 2500 mV, maka udara lingkungan tempat alat diletakkan kemungkinan dalam kondisi terlalu banyak gas pengganggu atau oversaturasi. Oleh karenanya, alat harus dipindah atau diperlukan modifikasi ruangan dengan cara diberikan ventilasi yang baik atau dipasang kipas angin.

"Kalau puncak dari kurva hanya mencapai 1.000, itu umumnya masih tergolong dalam sinyal yang rendah, akurasinya kadang kala kurang baik. Jadi quality control pengambilan nafas menjadi perhatian khusus buat kita sekarang," pungkasnya.

(kum/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER