WAWANCARA EKSKLUSIF

Riset dan Teknologi di Mata Kepala Brin Laksana Tri Handoko

CNN Indonesia
Sabtu, 01 Mei 2021 08:10 WIB
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, membeberkan strategi mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko. (Grandyos Zafna/ Detikcom)

Lalu lembaga riset yang ideal seharusnya bagaimana?

Kita itu harus masuk jadi fasilitator melalui BRIN. Kita punya uang investasinya gede bikin kaya kita lakukan di LIPI beberapa tahun ini. Kita bangun besar-besaran, kita bangun laboratorium yang komplit, advance, tapi kemudian kita buka fasilitas itu untuk dipakai orang lain.

Sehingga ketika ada industri mau bikin produk baru, yang butuh riset, mereka bisa pinjem barang, pinjem orang, pinjam alat untuk riset. Tapi bahan riset bawa sendiri. Itu yang kita lakukan.

Jadi pemerintah itu harus menjadi fasilitator, bukan pemain utama dalam segi industri. Di negara yang ekonominya sehat, yang pasar bisnisnya sehat, swasta yang utama. Bukan pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berarti posisi lembaga riset yang sekarang dipayungi BRIN?

Kita sekarang dalam proses konsolidasi seluruh lembaga riset untuk ada di bawah naungan BRIN, skema konsolidasinya seperti apa? Itu yang sekarang sudah bukan lagi kita kaji, tapi sedang kita eksekusi sekarang.

Intinya kita konsolidasi anggaran, SDM, dan infrastruktur. Karena semua digabung jadi tiga konsen yang utama.

Bagaimana mengenai anggaran, apakah lebih banyak?

Kalau ditotal anggaran lebih besar karena berasal dari berbagai lembaga riset yang dipusatkan. Jadi lebih terasa sehingga kapasitas kita untuk investasi, untuk melakukan pemeliharaan, investasi berbagai infrastruktur riset yang canggih akan muncul yang tadinya tidak bisa kita miliki.

Produk riset yang bisa menjadi andalan?

Seperti yang sudah saya sampaikan. Riset itu kan nilainya tinggi. Secara umum kita tidak bisa menetapkan produk unggulan. Yang kita lakukan adalah memprioritaskan sektornya.

Pertama kita harus mengejar ketertinggalan teknologi, kedua adalah utilisasi dari biodiversitas yakni dari sumber daya alam lokal.

Bagaimana kita mengembangkan material-material baru dari sumber daya alam Indonesia, bagaimana kita mengembangkan obat dari biodiversitas Indonesia untuk menciptakan berbagai obat.

Kemudian bagaimana kita menemukan bioteknologi untuk kedokteran yang basisnya sumber daya alam lokal. Karena Indonesia ini merupakan mega biodiversity country. Kita ini negara dengan biodiversitas terbesar nomor 2 di dunia kalau untuk daratan. Kalau beserta lautnya itu nomor 1 di dunia.

Makanya potensi untuk mendukung blue economy dan green ekonomi itu ya riset. Green economy itu akan membuat ekonomi yang tidak menimbulkan kerusakan.

Fokus teknologi seperti apa?

Biodiversitas itu bukan hanya masalah live science saja, biodiversitas itu masalah teknologi. Jadi kalau kita kenal jaman elektronik terus sekarang jaman IT, masa depan itu jaman bioteknologi.

BRIN itu harus memimpin menuju ke sana karena kalau kita mau berkompetisi di elektronik sudah terlambat. Marginnya juga kecil, kan barang elektronik murah-murah sekarang dan pasar sudah jenuh. Jadi riset itukan harus melihat masa depan. Itulah teknologi.

Cita-cita Brin dan Program Keantariksaan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER