Ahli soal Herd Immunity di RI: Imajinasi Tak Mungkin Tercapai

CNN Indonesia
Jumat, 07 Mei 2021 21:00 WIB
Herd immunity dinilai cuma khayalan saat ini dan tidak sejalan dalam basis pengetahuan atau sains
Epidemiolog UI, Pandu Riono menilai Indonesia butuh keseriusan dalam penanganan Covid-19. (Foto: REUTERS/AJENG DINAR ULFIANA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono menilai herd immunity atau kekebalan kelompok di Indonesia tidak akan tercapai dalam penanganan virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Herd immunity dinilai cuma khayalan saat ini dan tidak sejalan dengan sains.

"Ya tidak akan mungkin ada heard immunity. Itu menurut saya sesuatu yang tidak mungkin dan kondisi imajinasi yang tidak mungkin tercapai," ujar Pandu kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon (7/5).

Menurut Pandu, heard immunity tidak ada dalam basis pengetahuan atau sains. Ia menilai hal tersebut seolah-olah merupakan kondisi di mana penyebaran virus dapat teratasi dengan tuntas. Padahal menurutnya hal itu tidak mungkin bisa tercapai dalam jangka waktu yang terbilang singkat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak penyakit yang berusia ratusan tahun juga masih bersama kita walaupun ada vaksin ada macam-macam. Jadi kalau memang engga ada herd immunity jangan berfikir ada heard immunity," pungkasnya.

Terlebih, dijelaskan Pandu, seakan-akan jika 70 persen dari total penduduk di Indonesia sudah mendapatkan vaksin, maka dapat menekan penularan virus SARS-CoV-2.

Ia mengingatkan, vaksin virus corona saat ini tidak menekan penularan namun hanya mencegah dari gejala berat dari virus corona, dan meminimalisir jumlah kematian.

Pandu menyarankan untuk mengendalikan pandemi Covid-19 harus realistis dan tidak ambisius karena virus ini tidak hanya bisa dicegah dan dikendalikan dengan vaksinasi saja, namun juga dibarengi dengan perilaku manusianya.

Vaksin dapat berubah efikasinya

Pandu menuturkan, vaksin yang saat ini didistribusikan untuk masyarakat di Indonesia suatu saat bisa berbeda efikasinya dengan pada saat awal dilakukan penelitian karena virus dinilai selalu dinamis.

"Itu pun juga efikasinya belum tentu bisa stabil. Karena tantangan menghadapi SARS-CoV-2 ini adalah virus yang akan selalu berubah. Mungkin dia (vaksin) sudah tidak mengenali virus itu. Dia sudah berubah," tambahnya.

Sebelumnya Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menilai target herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap virus corona (Covid-19) saat ini berpotensi molor dari rencana pemerintah pada akhir Desember tahun ini atau kuartal pertama 2022.

Eijkman mengatakan hingga saat ini masih belum bisa diprediksi dengan akurat, lantaran masih perlu dipastikan dengan serangkaian zero surveillance test.

"Jadi herd immunity kan sangat tergantung kepada keberhasilan vaksinasi. Nah, memang dari mutasi-mutasi yang ada sejak tahun lalu itu dikhawatirkan bisa menyebar lebih cepat, juga bisa lolos dari vaksinasi," kata Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (27/4).

(can/can/can/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER