Dalam kasus vaksin Covid-19, masih belum diketahui berapa lama perlindungan kekebalan bertahan, namun para pengembang vaksin dan pejabat kesehatan tahu hal tersebut mungkin tak terjadi selamanya.
Sementara untuk kasus dosis vaksin yang disuntikkan terhadap seseorang dengan merk yang sama, untuk selanjutnya dapat menggunakan vaksin yang berbeda juga masih perlu penelitian.
"Kebutuhan dan waktu untuk dosis penguat Covid-19 belum ditetapkan. Tidak ada dosis tambahan yang direkomendasikan saat ini," tulis CDC di situs webnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian warga Amerika Serikat (AS) sudah diwanti-wanti untuk bersiap mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 booster atau ketiga dalam waktu satu tahun.
"Orang-orang harus siap dengan kenyataan bahwa kita mungkin memerlukan booster dalam setahun," kata Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy.
Para ilmuwan di sejumlah perusahaan yang membuat vaksin Covid-19 juga telah memperkirakan perlunya booster dalam setahun, namun para ahli tidak setuju mengenai hal ini.
Sejauh ini, penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin mRNA, yang dibuat oleh Pfizer dan Moderna, mengklaim mampu mempertahankan tingkat efikasi lebih dari 90 persen selama enam bulan setelah divaksinasi. Sementara para ilmuwan mengatakan hal itu mungkin bertahan lebih lama.
Studi lain telah melihat antibodi di laboratorium, sementara kekebalan tubuh terus berkurang dari waktu ke waktu. Para ahli juga mengatakan tidak jelas bagaimana tingkat antibodi ini berkorelasi dengan kekebalan tubuh, dan sejauh mana.
Meski masih menjadi pro kontra, bagi yang melewatkan vaksin booster di masa mendatang, dengan catatan jika direkomendasikan, akan membuat seseorang minim perlindungan terhadap virus corona.
"Seseorang yang melewatkan booster membuat diri mereka berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi, dan terkena penyakit dari SARS-Coronavirus-2, tetapi saya juga berharap bahwa mereka akan memiliki kekebalan parsial sehingga mereka dapat terlindungi dari virus penyakit yang lebih parah," kata Moss.
"Mereka hanya berisiko lebih tinggi terkena infeksi dan penyakit daripada seseorang yang mendapat booster, tetapi mereka memiliki kekebalan lebih dari seseorang yang tidak pernah divaksinasi," tambahnya.
Para ilmuwan juga sedang meneliti apakah ada bedanya jika seseorang mendapat jenis vaksin yang sama sebagai booster seperti dosis aslinya yang diberikan.
Saat ini di AS belum memutuskan apakah perlu membutuhkan vaksin booster, termasuk vaksin yang sesuai untuk suntikan ketiga itu. Namun Inggris sudah menentukan September akan memulai booster vaksin. Sementara itu Pfizer, Moderna dan Johson and Johson saat ini tengah menyelidiki penggunaan vaksin booster.