Netizen diajak untuk ikut survei terkait kondisi terkini pengalaman dan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Survei ini dilakukan Median menggunakan kuesioner berbasis Google Form yang disebar lewat Facebook. Form Pertanyaan disebar dan terkumpul sebanyak 1.089 responden yang tersebar di 32 Provinsi.
Dari survei tersebut ditemukan sebanyak 49,7 persen responden menyatakan situasi pandemi makin parah atau lebih buruk dari 2020. Sedangkan 29,3 persen di antaranya menyatakan sama saja, 14,2 persen lebih baik, dan 6,8 persen menilai tidak tahu.
"Mayoritas netizen menilai situasi pandemi Covid-19 semakin parah atau lebih buruk dari tahun kemarin," ujar Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun saat memaparkan survei secara virtual, Rabu (7/7).
Berikutnya tingkat kepuasan netizen terhadap penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah pusat sebesar 30,6 persen menyatakan tidak puas, puas 35,3, biasa saja 34,2 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk pemerintah provinsi 25,4 persen tidak puas, 37,8 persen puas dan 36,7 persen biasa saja. Untuk pemerintah kabupaten/kota, sebanyak 24,5 persen tidak puas, 36,5 persen puas dan 38,9 persen biasa saja.
Selanjutnya survei mengarah terhadap kedisiplinan netizen untuk penerapan protokol kesehatan. Dari survei ditemukan bila kini 73,9 persen warganet menyatakan selalu menggunakan masker ketika mereka keluar rumah dan 61 persen selalu menerapkan cuci tangan.
Kemudian 53,1 persen menyatakan selalu menjaga jarak lebih dari satu meter dengan orang lain saat keluar rumah.
Selanjutnya sebanyak 51,8 persen responden merasa takut terhadap virus corona, sementara sisanya biasa saja (39,6 persen) dan tidak takut (5,6 persen).
Lalu 51,1 persen warganet mengaku percaya pada vaksin dan sisanya ragu (38,9 persen) dan tidak percaya (7,1 persen).
"Untuk vaksin, dari sisi usia bila semakin tua maka kepercayaan terhadap vaksin justru melemah dan tingkat keraguan meningkat," ungkap Rico.
Sementara itu sebanyak 57,7 persen responden ingin divaksin, 22,6 persen tidak ingin, dan 19,7 persen mengaku tidak tahu.
Warganet juga punya tiga alasan kenapa mereka ingin divaksin, yakni 12,2 persen agar tidak terpapar, 9,6 persen agar punya kekebalan antibodi, dan 8,5 persen menjaga imunitas.
Lalu alasan tidak ingin divaksin, 5,8 persen yakin bila tidak akan terpapar Covid-19, 2,7 persen takut ada efek samping, dan 1,7 persen menyakini bila vaksin tidak menjamin.
Survei juga ditujukan terhadap apa yang diinginkan warganet kepada pemerintah dalam penanganan pandemi.
Sebanyak 30,6 persen ingin penerapan protokol kesehatan secara tegas, 15,4 persen gencarkan vaksinasi, 9,9 persen lockdown total, PSBB total 6,1 persen, dan sosialisasi mengenai bahaya Covid-19 sebanyak 5,9 persen.
Sebanyak 39,3 persen responden ingin agar pemerintah membuat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ketat, atau melakukan karantina total. Sementara itu 35,4 persen setuju PPKM mikro dan tidak menjawab 25,3 persen.
"Netizen setuju langkah pengetatan total atau PPKM darurat seperti saat ini," kata Rico.
Adapun 3 alasan palling banyak memilih karantina total atau PPKM darurat adalah untuk menghentikan penyebaran Covid-19, mencegah korban lebih banyak dan lebih efektif dan efisien dalam menghentikan laju virus corona.
Sementara netizen yang memilih cukup PPKM mikro adalah supaya tidak mematikan ekonomi, bisa tetap mencari uang dan pekerjaan tidak terganggu.