Setelah mencari berbagai pilihan di berbagai negara, mereka memutuskan untuk tinggal di Belgia dan mendaftarkannya di University of Antwerp.
Sesampainya di sana, butuh waktu kurang dari satu tahun untuk menyelesaikan akselerasi yang biasanya berlangsung tiga kali.
Laurent lulus dengan rata-rata nilai sembilan dari sepuluh, dan dengan predikat Cum Laude. Orang tua menyebutkan bahwa putra mereka memiliki IQ 145 dan dapat berbicara tiga bahasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip Entepreneur, bocah itu sudah berencana untuk melanjutkan studi S2 di universitas yang sama dan berencana untuk mengambil S3 di masa depan.
Meski sangat jenius, tapi di waktu senggang bocah ini masih sempat berjalan-jalan dengan anjingnya, bermain game dan Instagram.
Laurent pun tak terlihat tertekan dengan pelajaran-pelajaran yang ia terima. Dalam wawancara, Laurent tampak percaya diri dan optimis untuk menggapai masa depan. Mempelajari kedokteran dan membuat organ buatan adalah salah satu tujuannya, seperti dikutip BBC.
Bocah yang mengidolakan Nikola Tesla ini berencana meriset organ tubuh buatan agar bisa membuat tubuh buatan pengganti, seperti dikutip Sunday Vision.
Ia sempat memegang rekor dunia sebagai anak termuda yang mendapat gelar sarjana di usia 11 tahun.
Pada tahun 1988, Adragon De Mello lulus dari University of California, Santa Cruz, dengan gelar matematika komputasi.
Namun, ternyata ada kisah kelam di balik kesuksesannya itu. AD, nama panggilan Mello ternyata mendapat semua gelar itu di bawah tekanan sang ayah.
Dalam wawancara dengan CBS, AD mengaku ayahnya kerap mendorongnya untuk belajar lebih keras usai pulang sekolah.
"Aku hanya harus," kata Adragon muda. "Dan jika ayah saya tidak mendorong saya terlalu keras, biasanya nilai saya tidak setinggi ketika dia mendorong saya lebih keras. Dia membuat saya mengerjakan soal kalkulus lima kali lipat, dan kemudian saya hafal."
Pada usia 3 tahun, ia diberi soal akar kuadrat dan pangkat tiga. 5, dia diterima di Mensa, sebuah masyarakat ber-IQ tinggi. Bangun di malam hari, dia merenungkan batas-batas alam semesta dan bermimpi membangun pesawat ruang angkasa.
Pada usia 6 tahun, ia memberikan kuliah umum rumus matematika, astrofisika, dan elektromagnetik.
Pada usia 8 tahun ia masuk universitas dan ayahnya bersikeras agar dia begadang untuk belajar.
Ia pun memperoleh gelar sarjana dari Cabrillo College pada usia 10, kemudian mendaftar di University of California, Santa Cruz di jurusan matematika komputasi. Dia dengan cepat mempelajari sistem operasi Unix dan dua bahasa pemrograman. Ia pun lulus pada Juni 1988.
"Jenius?...Saya kira tidak," kata A.D. "Kemungkinan jika anak-anak lain yang berada dalam situasi yang sama mungkin mereka juga bisa melakukan hal yang sama. Dan - jadi saya tidak berpikir itu membuat saya jenius," tuturnya dikutip Recordnet.
(can/eks)