Beda CT Value Varian Alfa dan Delta

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 19:31 WIB
Ilustrasi (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan terdapat perbedaan ciri antara nilai Cycle Threshold (CT) dari PCR swab pasien terpapar virus corona (Covid-19) Alfa dan Delta.

Menurutnya berdasarkan data penelitian di Inggris, varian Delta punya nilai CT lebih rendah ketimbang Alfa.

"Ciri-cirinya CT-nya lebih rendah (ketimbang Alfa). Kemudian dia masa aktifnya itu lebih cepat, jadi sembuhnya lebih cepat, tapi meningkat keparahannya itu lebih cepat, sehingga intervensi perawatan di RS-nya berbeda," tuturnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (9/7).

CT value merupakan indikator yang dapat menunjukkan banyaknya muatan virus dari sampel yang diambil dari hasil spesimen seorang pasien. Apabila nilainya rendah, maka jumlah virus Covid-19 yang ada semakin banyak. Dan sebaliknya, jika nilai CT value cenderung tinggi, berarti jumlah virus di dalam tubuh sedikit.

Data Kemenkes menunjukkan perbandingan CT value antara varian Alfa (kiri) dan Delta (kanan) (dok. Screenshot konferensi pers Kemenkes)

Lebih lanjut, menurutnya nilai CT yang rendah merupakan ciri-ciri dari varian-varian virus corona baru ketimbang varian awal virus corona yang berkembang di Wuhan.

Sementara itu, menurut Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Rusdan Handoyo secara normatif nilai CT rendah hanya mengindikasikan tingkat viral load yang tinggi dan belum tentu menunjukkan bahwa itu adalah varian delta.

"Belum tentu varian delta. Varian lokal juga akan memberikan nilai CT value rendah kalau memang viral load tinggi. Untuk mengatakan varian Delta, ya harus di sequencing," tuturnya saat dihubungi Jumat (9/7).

Melansir jurnal Diagnostic yang membahas kaitan kadar viral load yang ditandai dengan nilai CT seseorang, nilai CT berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit, kematian, infektivitas, dan bahkan pemulihan. 

Mengamati CT value disebut bisa memberikan bahan analisa kepada profesional kesehatan dan dokter untuk membuat keputusan medis yang tepat untuk pasien Covid-19.

Selain itu disebutkan juga bahwa mengamati CT value ini juga bisa digunakan untuk mengendalikan infeksi Covid-19 dan membuat keputusan mengenai kesehatan kerja dan masyarakat.

Sehingga, menurut Budi pemerintah mencoba mengamati nilai CT ini untuk memprediksi lokasi penyebaran varian Delta. Misal, pada daerah yang terdeteksi pasien positif Covid-19 punya nilai CT yang sangat rendah bisa menjadi indikasi awal bahwa daerah itu sudah terinfeksi varian Delta tanpa harus menunggu hasil sequencing yang cukup lama.

Sebagai contoh, ia memaparkan bagaimana kondisi nilai CT pasien di Sumatra Barat pada Desember 2020 punya nilai CT paling kecil 12,15 ketika Delta belum masuk. Sementara ketika Sumbar sudah dimasuki varian Delta, data akhir Juni menunjukkan angka CT terkecil 8,22.

Pada baris paling bawah ditunjukkan juga bagaimana angka CT terendah di Jakarta, Kudus, dan Bangkalan yang sudah terinfeksi varian Delta memiliki CT value rendah di bawah 10

"Jadi terlihat rata-rata CT value-nya rendah itu menunjukkan kemungkinan penyebaran Delta di sana," jelas Budi.

Sehingga, pemerintah memutuskan tiap uji PCR mesti memasukkan nilai CT ke dalam sistem Kemenkes untuk mengantisipasi penyebaran varian Delta.

(eks)


KOMENTAR

TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK