Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa yang terjadi di Pandeglang, Banten, Senin (12/7) siang merupakan dampak dari deformasi atau patahan pada slab Lempeng Indo-Australia.
Selain itu, BMKG juga melakukan pembaruan data besar gelombang gempa di kawasan itu menjadi magnitudo 5,1 dari sebelumnya 5,2 Mw.
"Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau patahan pada slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Banten tepatnya di zona Benioff," ujar Daryono lewat pesan teks, Senin (12/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daryono mengatakan hasil analisis mekanisme sumber juga menunjukkan gempa itu memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.
Lebih lanjut ia menjelaskan episenter terletak pada koordinat 6,46 derajat LS dan 106,01 derajat BT, tepatnya di darat pada jarak 12 kilometer arah barat daya Pandeglang, Banten pada kedalaman 147 kilometer.
Guncangan gempa itu, kata dia, dirasakan di daerah Bayah, Cihara, Cijaku, Cigemblong, Malingping dalam skala intensitas II-III MMI dan di Pelabuhan Ratu dalam skala intensitas II.
Sebagai informasi skala MMI adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi, dengan rentang paling lemah (I)-paling kuat (XII).
Hingga kini, dijelaskan Daryono belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.
Meski begitu berdasarkan pantauan BMKG pukul 14.05 WIB, pihaknya belum melihat adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) di wilayah tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa itu tidak berpotensi tsunami.
(can/eks)