Whatsapp dan Telegram Sering Dipakai Sebar Link Palsu

CNN Indonesia
Kamis, 15 Jul 2021 09:25 WIB
Whatsapp dan Telegram disebut sebagai aplikasi yang paling sering dipakai untuk menipu lewat scam dan phising dengan mengirimkan link palsu.
Ilustrasi (iStockphoto/stockcam)
Jakarta, CNN Indonesia --

Aplikasi pesan singkat Whatsapp dan Telegram paling sering dipakai para oknum tindak kejahatan siber untuk menipu dengan metode scam atau phising dengan membagikan tautan (link) palsu berbahaya.

Dalam survei berdasarkan data anonim yang diperoleh secara sukarela oleh Kaspersky Internet Security, sejumlah besar tautan berbahaya yang terdeteksi antara periode Desember 2020 dan Mei 2021 dikirim melalui WhatsApp (89.6 persen) dan diikuti oleh Telegram (5,6 persen).

Sementara Viber berada di tempat ketiga dengan 4,7 persen dan Hangouts - kurang dari satu persen. Sedangkan negara yang paling banyak mengalami serangan phishing adalah Rusia 46 persen, Brazil 15 persen, dan India 7 persen. Setidaknya secara global sebanyak 480 deteksi dicatat per hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di Indonesia, data Kaspersky menunjukkan tautan berbahaya yang dibagikan lewat Whatsapp sebanyak 738 deteksi dan 39 deteksi untuk Telegram selama periode Desember 2020 hingga Mei 2021.

Menurut penelitian, aplikasi perpesanan menjadi alat komunikasi paling populer dan popularitas di kalangan pengguna. Pada 2020, aplikasi ini 20 persen lebih sering dipakai ketimbang chat lewat media sosial.

Hasil survei juga menunjukkan pada 2020, audiens global untuk aplikasi perpesanan telah mencapai 2,7 miliar orang, dan pada tahun 2023 diperkirakan akan tumbuh menjadi 3,1 miliar. Itu hampir 40 persen dari populasi dunia. Maka tidak heran aplikasi perpesanan juga menjadi incaran penjahat siber.

Menurut statistik, jumlah tautan berbahaya paling banyak ada pada WhatsApp, mengingat itu menjadi aplikasi perpesanan paling populer secara global.

Di antara para pengguna Kaspersky Internet Security for Android, Telegram memiliki jumlah deteksi paling sedikit, tetapi secara geografi mirip dengan WhatsApp.

Jumlah tautan berbahaya terbesar terdeteksi di Rusia 56 persen, India enam persen, dan Turki 4 persen. Angka yang tinggi di Rusia dapat disebabkan dari meningkatnya tingkat popularitas aplikasi perpesanan ini di negara tersebut.

Berikutnya berdasarkan statistik, Viber dan Hangouts menerima lebih sedikit catatan deteksi. Perbedaan utama di antara mereka adalah representasi regional.

Jumlah deteksi untuk aplikasi perpesanan Viber diidentifikasi sebagian besar di Rusia dengan 89 persen, dan negara-negara CIS Ukraina 5 persen, dan Belarusia 2 peesen, dan sebagian besar deteksi Hangouts berasal dari AS 39 persen, dan Prancis 39 persen.

Kemudian jumlah serangan phishing yang tercatat per pengguna di WhatsApp, Brasil memimpin dengan 177 deteksi dan disusul oleh India 158. Pada saat yang sama, Rusia menjadi peringkat tertinggi dalam jumlah deteksi berbahaya di Viber 305 dan Telegram 79 dibandingkan dengan negara lainnya.

"Statistik menunjukkan bahwa phishing di aplikasi messenger instan masih menjadi salah satu alat paling populer di kalangan scammer," kata Tatyana Shcherbakova, Analis Konten Web Senior di Kaspersky dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/10).

Tips Kurangi Risiko Penipuan Link Palsu di Whatsapp dan Telegram

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER