Dr Nitin Desai, CEO and Chief Marketing Officer Covid PreCheck menyebut kehadiran benda asing berupa spike protein virus corona ataupun virus yang dilemahkan, menimbulkan respons imun terhadap tiga tipe sel, makrofag, sel T, dan sel B.
Makrofag adalah sel pertama yang mendeteksi dan menghilangkan organisme berbahaya. Sedangkan sel T berguna untuk membantu mengingat protein lonjakan virus corona, agar sistem imun bisa mengenali dan memberantasnya jika virus ini masuk ke dalam tubuh. Setelah vaksin dikenali sebagai benda asing oleh sistem imun, maka sel B mulai membangun pasukan antibodi.
"Sel-sel itu membentuk apa yang kita sebut memori imunologis," kata Wherry.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses itu pada akhirnya mengarah pada pembentukan sel B memori dan sel T, yang dapat hidup di dalam tubuh selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, seperti dilaporkan Scientific American.
Lihat Juga : |
Semua sel imun ini menghasilkan protein inflamasi yang dikenal sebagai sitokin. Sitokin adalah pembawa pesan kimia yang membantu mengoordinasikan respons imun dan juga memicu demam. Sehingga, tak heran jika demam merupakan efek samping yang umum terjadi setelah vaksinasi Covid-19.
Demam yang membuat suhu yang lebih tinggi, mengakibatkan tubuh manusia menjadi tempat yang kurang ramah terhadap virus. Selain itu, kenaikan suhu tubuh merangsang produksi lebih banyak sel kekebalan.
Reaksi kimia di tubuh akibat inflamasi (peradangan) ini juga dapat menyebabkan nyeri otot, kelelahan, sakit kepala dan gejala lainnya.
Densai menyebut produksi sitokin tetap stabil dalam 24 hingga 48 jam, itulah sebabnya sebagian besar efek samping hilang dengan sendirinya dalam jangka waktu tersebut.
Menurut Densai, vaksin tidak memicu efek samping di luar kendali yang dikenal sebagai badai sitokin, di mana tubuh dibanjiri dengan bahan kimia inflamasi, yang kemudian merusak organ, seperti dilansir Live Science.