BMKG Ungkap Alasan Jabodetabek Bakal Kerap Hujan Pekan Ini

CNN Indonesia
Kamis, 05 Agu 2021 17:01 WIB
Ilustrasi. BMKG mengungkap alasan mengapa Jabodetabek diprediksi bakal kerap hujan pekan ini.(iStockphoto/Polina Panna)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan hujan yang diprediksi bakal kerap terjadi di sebagian kawasan Jabodetabek pada pekan ini hanya sementara, bukan akibat mulai masuk musim penghujan.

Menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fahry Rajab hujan sementara ini disebabkan oleh fenomena dinamika atmosfer.

"Secara umum, sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sedang berada pada musim kemarau. Hujan yang terjadi bbrp hari ini sifatnya temporal saja," katanya lewat pesan teks saat ditanya terkait pengaruh musim penghujan, Kamis (5/8).

Sebelumnya, BMKG memperkirakan sebagian kawasan Jabodetabek akan mengalami hujan ringan hingga sedang.

[Gambas:Instagram]


Menurut Fahry, hujan yang terjadi di Jabodetabek hari ini dan beberapa hari ke depan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain akibat daerah pertemuan angin dan kondisi stabilitas atmosfer Lokal yang cukup labil.

"Sehingga mendukung proses konvektif pada skala lokal yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan," jelasnya.

Dihubungi terpisah, Deni Septiadi, Dosen Meteorologi STMKG (Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menjelaskan sitauasi kemarau bukan berarti tidak terjadi hujan. Sebab, hujan bisa terjadi jika terdapat kondisi atmosfer yang labil akibat pemanasan permukaan (konvektif).

"Beberapa wilayah di Indonesia berpotensi dan hujan tidak merata," jelasnya.

Ia pun memaparkan ciri wilayah Indonesia masih musim kemarau dilihat dari aliran angin pada level permukaan (hingga 700 mb) masih persiten dari arah Australia (timuran).

"Yang cenderung kering, sedikit uap air. Artinya secara umum Juni Juli Agustus (JJA) masih masuk periode kemarau," lanjutnya.

Namun, Deni mengingatkan perlu diwaspadai 3 hari kedepan terjadi curah hujan dengan intensitas bervariasi dari ringan hingga lebat.

Pasalnya Suhu Muka Laut di BMI masih cenderung hangat (26-28 C), anomaly berkisar +1 hingga +4 C.
Ditambah dengan tingkat labilitas atmosfer Indonesia secara umum beberapa terpantau di atas 1000 J/kg ini mengindikasikan labil sedang. Sehingga, kuatnya konvektif termal mengakibatkan proses pengangkatan massa udara dapat berlangsung optimal.

"Awan-awan yang terbentuk pada periode ini akan sangat matang dengan puncak awan mencapai -80 C dan berpotensi menghasilkan curah hujan lebat, angin kencang (puting beliung) serta petir" jelasnya.

Akun resmi BMKG juga menyatakan hal serupa. Dalam beberapa hari ke depan diperkirakan akan terjadi hujan ringan hingga lebat. Hujan lebat terutama terjadi di wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Papua.

[Gambas:Instagram]



(eks)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK