Mengenal Bhadra, Anak Elang Flores Kini di Gunung Rinjani

CNN Indonesia
Jumat, 20 Agu 2021 06:18 WIB
Bhadra, Elang Flores yang lahir di Taman Nasional Gunung Rinjani kini telah berusia satu bulan.
Ilustrasi elang. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Populasi satwa endemik ini kian terancam akibat ulah perburuan yang tinggi. Data Badan Konservasi Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkannya sebagai jenis Kritis (Critically Endangered/CR) populasinya saat ini diperkirakan antara 100 hingga 240 individu dewasa.

Berdasarkan pengamatan Dewi Amalia, ia pernah menerima laporan bahwa ada perdagangan burung Elang di Jawa yang ciri-cirinya identik dengan Elang Flores. "Saya diberi tahu seperti itu, ada pemiliknya yang didapat dari orang lain lagi," katanya.

Menurut Dewi, ciri fisik Elang Flores yang gagah dan langka, para pemburu semakin masif mengincarnya, merenggutnya dari alam untuk dijadikan koleksi pribadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya orang yang hobi memelihara burung atau satwa itu ada trigger, kalau semakin langka binatang nya itu semakin diburu, berapa pun dia beli hanya untuk ego aja. Bahkan dijadikan ukuran status sosial," katanya.

Selain itu, kerusakan hutan juga menjadi faktor kelangkaan Elang ini. Rusaknya hutan menjadikan Elang Flores kehilangan tempat berburu sehingga ia datang ke pemukiman penduduk untuk memburu ternak, dan dianggap hama.

"Penduduk kampung waktu saya tanya, karena mereka (Elang) suka ngambil anak babi untuk dimangsa. Jadi dianggapnya mengganggu," tutur Dewi.

Sementara dari segi perkembangbikannya pun, Elang Flores memiliki kelemahan biologis, sekali berkembang biak hanya bertelur satu butir. Proses perkembangbiakan pun hanya satu tahun sekali dan belum tentu telur berhasil ditetaskan. Sementara perawatan anaknya pun tidak sebentar.

"Dari sarang juga harus masih diasuh induknya, diajari mengenal mangsa, diajari berburu, diajarkan untuk membunuhnya gimana, jadi ada proses yang panjang," kata Dewi.

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk tetap menjaga keberadaan Elang Flores, menurut Dewi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi salah satu kuncinya. Mereka perlu terus menjaga hutan sebagai habitat yang ramah untuk elang, ekosistemnya harus terus diperbaiki.

Selain itu juga harus ada penyuluhan di lapangan dengan masyarakat untuk membantu pengelola yang menjaga hutan, dan menekan perburuan.

"Elang Flores sebagai indikator lingkungan, kalau lingkungan yang sehat pasti ada Elangnya, ada pemangsanya, kalau yang sudah kacau, pemangsa hilang atau berpindah tempat," ujar Dewi.

Elang Flores (Nisaetus floris) yang merupakan salah satu spesies raptor yang dilindungi dengan kategori Critically Endangered (CE)/Kritis. Setelah bertahun-tahun berupaya melakukan pelestarian, akhirnya upaya tersebut membuahkan hasil dengan lahirnya anggota baru di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.

(mrh/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER