Di halaman Almanak untuk Agustus 1937, arti kalender untuk istilah "Bulan Biru" diberikan.
Penjelasan tersebut mengatakan bahwa bulan purnama biasanya datang penuh dua belas kali dalam setahun, tiga kali untuk setiap musim. Namun kadang-kadang, akan datang tahun ketika ada tiga belas bulan purnama.
Kemunculan bulan purnama ketiga belas itu dianggap sebagai keadaan yang sangat disayangkan karena mengacaukan Peringatan Hari Besar Kristen seperti Prapaskah dan Paskah yang menggunakan Bulan Purnama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena alasan tersebut angka tiga belas dianggap sebagai angka sial. Dengan bulan purnama ekstra itu, itu juga berarti bahwa salah satu dari empat musim tahun itu akan berisi empat bulan purnama, bukan tiga seperti biasanya.
Ketika musim tertentu memiliki empat bulan purnama, yang ketiga tampaknya disebut Bulan Biru sehingga yang keempat dan terakhir dapat terus disebut "bulan akhir".
Bulan Biru Musiman terjadi sedikit lebih jarang daripada Bulan Biru bulanan, dalam 1100 tahun antara 1550 dan 2650, hanya ada 408 Bulan Biru Musiman sedangkan Bulan Biru Bulanan ada 456.
Dengan demikian, Bulan Biru, baik Musiman atau Bulanan hanya terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.
Sedangkan untuk Bulan Biru, yang benar-benar memancarkan cahaya biru, kemunculannya sangatlah langka.
Tidak ada hubungannya dengan kalender, fase Bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer. Hanya abu vulkanik, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan Bulan Purnama tampak kebiruan.