Selain itu, penamaan suatu penyakit biasanya lewat kesepakatan bersama yang diumumkan oleh WHO. Penamaan Covid-19 sendiri merupakan singkatan, seperti dijelaskan Thomas Russo, MD, profesor dan Kepala Penyakit Menular di Universitas Buffalo, New York, AS.
"CO untuk corona, VI untuk virus, D untuk penyakit (disease), dan 19 untuk tahun pertama ditemukan."
Sementara penamaan virus corona SARS-CoV-2 sendiri dilakukan berdasarkan struktur genetik virus. Penamaan ini dilakukan oleh Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV). WHO lantas mengumumkan nama penyakit akibat SARS-Cov-2 dinamakan Covid-19 berdasarkan pedoman Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan Badan Pangan Dunia (FAO).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, William Schaffner, MD, spesialis penyakit menular dan profesor dari Universitas Vanderbilt, menyebut kemungkinan yang terjadi di 2022 adalah muncul varian baru Covid-19, bukan Covid-22.
"Semua varian (dengan) galur yang mirip tetapi punya sedikit berbeda dari (virus corona) COVID-19 asli (akan) diberi nama dari alfabet Yunani," jelasnya.
"Sehingga, jika ada varian baru yang muncul pada 2022, kemungkinan akan diberi nama dengan (kelanjutan) huruf Yunani, bukan Covid-22."
Saat ini, berbagai varian mutasi virus corona yang muncul memang diberi nama dengan huruf Yunani, mulai Alfa, Beta, Gamma, Delta, hingga Lambda.
Profesor Lawrence Young, virologis dari Universitas Warwick pun menyebut perkiraan tersebut masih terlalu dini.
"Covid-22 menakutkan dan sangat spekulatif," tuturnya.
Sebab, menurutnya mutasi kombinasi strain dari berbagai varian virus yang ada saat ini sangat kecil kemungkinannya.
"Itu tidak berarti bahwa kita harus lengah tentang generasi varian baru. Kita telah belajar keras tentang dampak dari varian Alpha dan Delta," lanjutnya.
Ia menyarankan cara terbaik untuk menghentikan virus corona bermutasi menjadi varian-varian baru adalah dengan menghentikan virus menginfeksi manusia dan mendorong semua orang agar tidak saling menularkan satu sama lain. Sebab, virus ini bisa bermutasi menjadi varian yang lebih ganas ketika memperbanyak diri di sel manusia yang terinfeksi.
"Kita sangat perlu membuat dunia divaksinasi," tandasnya, seperti dikutip inews.