Covid-22 akan mendapat penamaan baru jika mutasi virus corona SARS-CoV-2 benar-benar sudah berbeda dari versi asli Covid-19. Meski demikian, mutasi virus ini pun mesti membuat virus itu masih dalam kategori keluarga virus corona, seperti dijelaskan Martin J. Blaser, profesor kedokteran, patologi, dan laboratorium kedokteran di Institut Kedokteran Rutgers Robert Wood Johnson.
Tetapi para ahli "tidak bisa memprediksi" apa yang akan terjadi selanjutnya, kata Dr. Blaser. "Saya kira tidak akan ada virus baru yang membawa bencana besar tahun depan atau 10 tahun kemudian," katanya.
"Itu hal yang tidak bisa diketahui. Yang bisa kita prediksi adalah akan ada varian baru COVID-19. Beberapa varian ini mungkin lebih baik atau lebih buruk. Waktu yang akan menjawab."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Schaffner menyatakan hal serupa, "mengatakan bahwa kita akan memiliki COVID-22 yang sebenarnya seperti mengantisipasi di beberapa titik bahwa kita akan memiliki jenis flu yang sama sekali berbeda," katanya. "Ya, itu bisa terjadi, tetapi kami tidak tahu kapan atau bagaimana itu akan benar-benar terjadi," seperti dikutip Health.
"Terdapat kebingungan terkait penggunaan istilah (Covid-22) yang saya gunakan dalam wawancara dengan Blick...Tidak akurat untuk menyebutnya sebagai Covid-22, kaena nama dan istilah resmi penyakit yang diakibatkan SARS-CoV-2 adalah Covid-19."
Lebih lanjut, ia meluruskan bahwa maksud pernyataan yang ia lontarkan dengan merujuk istilah Covid-22 adalah kemungkinan Covid-19 pada awal 2022 sekitar Januari hingga Maret bisa lebih buruk dari situasi di 2021.
Lebih lanjut, Sai membeberkan alasan mengapa ia memberikan perkiraan itu.
1. Kemunculan varian Delta menunjukkan terjadinya peningkatan penularan, sehingga virus lebih menular antar manusia.
2. Ada potensi muncul dan menyebarnya varian baru yang memiliki mutasi pada protein lonjakan (spike protein). Sehingga, virus ini lolos dari deteksi antibodi.
3. Terdapat sejumlah orang yang tidak divaksinasi di Swiss (dan berbagai negara di Eropa)
(Pemerintah) melonggarkan berbagai pembatasan yang membuat virus lebih mudah menular (misal memperbolehkan makan di dalam ruangan, menyelenggarakan acara bersama, dan konser).