Adenovirus biasanya hanya menyebabkan gejala ringan pada manusia, dan denganmekanisme pengiriman yang berbeda, yaitu hanya menggunakan satu adenovirus yang direkayasa seperti yang dilakukan vaksin Oxford-AstraZeneca dan Johnson & Johnson.
Klaim hasilkan antibodi signifikan dari satu suntikan
Penelitian terbaru pada 13 Juli 2021, di jurnal Cell Reports Medicine, berjudul "Sputnik V Vaccine Elicits Seroconversion and Neutralizing Capacity to SARS-CoV-2 after a Single Dose" mengklaim dosis satu suntikan vaksin Sputnik V dapat menimbulkan respons antibodi yang signifikan terhadap SARS-CoV-2.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dua dosis Sputnik V menghasilkan kemanjuran 92 persen terhadap Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak seperti vaksin Oxford-AstraZeneca dan Johnson & Johnson, Rusia mengklaim tidak ada laporan kondisi pembekuan darah yang pada orang yang divaksinasi dengan Sputnik V.
Kini otoritas kesehatan Rusia atau dan lebih dari 60 negara dilaporkan telah menggunakan Sputnik V untuk vaksinasi nasional.
Namun demikian, salah satu peneliti justru mengungkapkan bahwa vaksin Sputnik V menghasilkan respons kekebalan yang lebih lemah terhadap mutasi baru, seperti varian Delta.
Mengutip The Moscow Times, hal itu diungkap dalam sebuah studi yang sudah peer-review dan diunggah di jurnal medis online Vaccines, yang diterbitkan oleh Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
Pengembang Sputnik V mengambil sampel darah dari orang-orang yang telah menyelesaikan vaksinasi, untuk menyelidiki apa yang disebut aktivitas penetral virus dari antibodi ketika disajikan dengan mutasi baru virus corona.
Para ilmuwan menemukan adanya penurunan signifikan dalam efek penetral virus Sputnik V terhadap tiga varian yang yang mendapat cap 'Variant of Concern' oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Ketiga varian itu yakni Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, varian Beta dari Afrika Selatan dan varian Gamma dari Brasil.
Terhadap varian Delta, peneliti menemukan adanya penurunan efikasi 3,1 kali lipat dalam aktivitas penetral virus, sementara 2,8 kali lipat dan 2,5 kali lipat pada varian Beta dan Gamma.
Sputnik V kerap dikritik soal transparansi vaksin covid-19 karena secara tiba-tiba mengklaim telah mengantongi izin regulasi dan tingkat efikasi yang tinggi melawan varian corona.
Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang mengelola pendanaan untuk pengembangan vaksin bernama Sputnik V, serta Institut Gamaleya langsung mengklaim telah mempublikasikan data pendekatan basis penelitian human adenovirus di sputnikvaccine.com.
Pimpinan Eksekutif RDIF Kirill Dmitriev mengklaim basis penelitian human adenovirus untuk vaksin Covid-19 dipilih Rusia karena disebutnya mempunyai hasil yang paling jelas dan baik terhadap sejumlah penyakit infeksi, misalnya ebola.
(eks)