Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan fakta gempa yang terjadi pada Kamis (26/8) pagi di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Tercatat di wilayah itu telah terjadi delapan kali gempa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan zona gempa di sekitar pusat gempa Tojo Una-Una dengan Magnitudo 5,8 itu, disebutnya sebagai gempa kuat dan merusak. Sejarah mencatat, di wilayah itu gempa telah terjadi delapan kali.
"Zona di sekitar pusat gempa Tojo Una-Una magnitudo 5,8 hari ini, sejarah mencatat pada masa lalu telah terjadi lebih dari 8 kali gempa kuat dan merusak," ujar Daryono lewat pesan teks, Kamis (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan gempa pertama kuat dan merusakn yang tercatat BMKG yakni pada 23 Februari 1923; M 6,5, pada 1 Desember 1927; M 6,3, pada 30 Juni 1964; M 6,6, pada 11 Oktober 1964; M 6,2, 23 April 1966; M 6,5, pada 4 Februari 1969; M6,1, pada 15 Maret 2015; M6,1 dan 26 Juli 2021; M6,3.
Dengan banyaknya catatan gempa kuat dan merusak yang pernah terjadi di wilayah tersebut, Daryono menyatakan bahwa wilayah Kabupaten Tojo Una-Una merupakan kawasan rawan gempa.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa itu memiliki mekanisme sumber pergerakan mendatar atau geser (strike slip).
Daryono menjelaskan bahwa sumber gempa pada hari ini berbeda dengan sumber gempa kuat dan merusak di Tojo Una-Una yang terjadi pada bulan lalu, yaitu pada 26 Juli 2021 pukul 19.09.07 WIB magnitudo 6,3 yang juga berpusat di laut dengan kedalaman 10 kilometer.
Dia menilai guncangan gempa hari ini yang dirasakan di Ampana, Sulteng dirasakan sangat kuat dalam skala intensitas IV-V MMI menyebabkan banyak warga lari berhamburan keluar rumah.
"Di wilayah ini (Ampana) beberapa bangunan rumah mengalami kerusakan akibat gempa," ujarnya.
Sedangkan di Poso, guncangan dirasakan cukup kuat mencapai skala intensitas IV MMI yang dirasakan oleh hampir semua orang, di Morowali, Luwu Timur dan Parigi Moutong guncangan dalam intensitas III MMI.
Di samping itu, kata Daryono di Palu, Buol dan Toli-toli guncangan itu dirasakan lemah dalam intensitas II MMI.
Sebagai informasi skala MMI adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi, dengan rentang paling lemah (I)-paling kuat (XII).
Daryono menjelaskan gempa hari ini menimbulkan kerusakan pada beberapa bangunan rumah dan menyebabkan satu orang warga meninggal dunia akibat tertimpa bangunan roboh.
Berdasarkan hasil pemodelan BMKG, gempa itu berpusat di laut dan tidak berpotensi tsunami. Daryono menjelaskan, di samping mekanisme sumbernya berupa sesar geser, magnitudonya dinilai belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi dasar laut untuk memicu terjadinya tsunami.
Dia mencatat bahwa hingga pukul 14.30 WIB, telah terjadi dua gempa susulan dengan magnitudo 3,6 pukul 13.38.16 WIB dan magnitudo 3,5 pukul 14.14.35 WIB.
(can/ayp)