Jakarta, CNN Indonesia --
Ahli menyebut Indonesia sudah masuk dalam fase hiperendemi sehingga perlu melakukan sejumlah persiapan agar penyebaran virus tetap terkendali.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane, menyebutkan bahwa Indonesia sudah masuk ke dalam fase hiperendemi.
"Oh iya, ini tidak masalah setuju atau tidak setuju, memang sudah masuk ke fase itu [hiperendemi]," kata Masdalina kepada CNNIndonesia.com, Kamis (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arti hiperendemi
Hiperendemi memiliki tingkat kejadian penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan endemi. Kejadian penyakit yang dimaksud mengacu pada kondisi sebaran virus yang konstan dalam suatu populasi, yang terdapat di suatu wilayah geografis tertentu.
Hiperdemi memiliki persisten dan tingkat kemunculan penyakit yang lebih tinggi dari endemik.
Meski demikian, untuk merubah fase pandemi sehingga menjadi endemi atau hiperpandemi, pada dasarnya merupakan kewenangan Badan Kesehatan Dunia (WHO), namun terdapat beberapa kriteria standar pengendalian pandemi sehingga dapat dikatakan menjadi endemi.
- Jumlah kasus harus kurang dari 20/100 ribu,
- Positivity rate harus kurang dari lima persen.
- Angka rawat tidak boleh lebih dari 5/100 ribu penduduk, atau tidak lebih dari 15 persen dari kasus yang terkonfirmasi,
- Angka kematiannya harus rendah.
Sementara di Indonesia, Satgas Penanganan Covid-19 menuturkan positivity rate nasional pada periode 16-22 Agustus 2021 angkanya masih 18,15 persen. Angka ini turun dari momen puncak sebesar 30,54 persen. Namun, masih lebih tinggi dari sebelum lonjakan kasus kedua yang hanya 9,44 persen.
Jika dipecah per provinsi, terdapat 10 provinsi dengan positivity rate di atas 30 persen. Saat ini hanya DKI Jakarta yang ada di bawah 15 persen, yaitu sebesar 11,7 persen.
Selain itu, ditemukannya vaksin juga dapat menjadi faktor perubahan status wabah. WHO menetapkan bahwa jika vaksinasi dunia sudah mencapai 70 persen, maka herd immunity dapat berlangsung dan dunia masuk ke tahap endemi.
"Tetapi untuk negara-negara yang angkanya belum memenuhi angka yang tadi, kita sebut sebagai hiperendemi. Artinya dia masih punya pekerjaan rumah untuk terus mengendalikan itu, sampai dengan angkanya terkendali," pungkas Masdalina.
Persiapan fase hiperendemi
Meski demikian, Masdalina lebih menyoroti pada apa yang sebaiknya perlu dipersiapkan dalam menghadapi fase tersebut.
"Yang harus disiapkan Indonesia adalah yang pertama, ada road map atau ada perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Bukan hanya untuk Covid, tapi untuk seluruh penyakit yang berpotensi terjadinya wabah," ujarnya.
Dalam peta jalan itu, kata Masdalina, harus ada pencapaian yang jelas seperti kapan Indonesia akan mandiri di bidang kesehatan, artinya kapan ia dapat memproduksi sendiri alat tes dan vaksin sehingga tidak ketergantungan pada negara lain.
Selain itu fasilitas kesehatan juga harus mencapai standar sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Jadi itu yang harus dilengkapi, kemudian juga termasuk lintas sektornya, apa yang harus dilakukan pemerintah daerah, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dan perencanaan penanganan yang matang," tambah Masdalina.
[Gambas:Photo CNN]
Hiperendemi pernah terjadi di RI
Lebih lanjut, Masdalina mengingatkan bahwa bukan kali pertama Indonesia mengalami fase hiperendemi, sebelumnya wabah TBC juga merupakan hiperendemi di tanah air, dan Indonesia selalu menjadi juara kedua dan ketiga sebagai negara dunia yang belum mampu menangani penyakit tersebut.
Masdalina uga menilai bahwa dalam menangani TBC, pemerintah belum punya road map jelas, oleh karena itu dalam menghadapi Covid-19 maka harus lebih mematangkan road map tersebut.
"Kita hidup bersama covid, kalau hidup dengan penyakit menular sudah ribuan tahun kita hidup bersama, biasa saja bukan sesuatu yang aneh, karena itu dalam road map itu harus berisi apa yang harus dilakukan masyarakat, artinya kalau kita masih hiperendemi maka pembatasan-pembatasan masih akan tetap ada, kemudian 3M masih harus tetap dilakukan, 3T masih harus tetap berjalan," kata Masdalina.