Isu bocor virus corona SARS-CoV-2 dari Laboratorium Penelitian Virus di Wuhan, China, terus menjadi perdebatan karena disebut-sebut menjadi tempat awal mula Covid-19 menyebar akibat penelitian virus corona yang intensif dilakukan oleh laboratorium ini sejak 2014.
Dalam dokumen setebal 900 halaman yang didapat The Intercept, lembaga kesehatan EcoHealth Alliance disebut menggunakan uang pemerintah federal AS untuk melakukan proyek penelitian virus corona SARS-CoV-1.
Ahmad menekankan bahwa sebenarnya dokumen yang dimaksud merupakan sebuah research grant atau penganugerahan penelitian untuk virus Sars.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi itu research grant, maksudnya bukan bocor. Cuma research grant ini bukan konsumsi publik jadi disalahartikan, soalnya ini ada duitnya berapa, ini juga konfidensial. Apalagi ilmuwan itu gak pengen idenya dicuri," katanya.
SARS-CoV-1 adalah virus yang menyebabkan wabah SARS saat itu. Virus ini berbeda dengan SARS-CoV-2 yang saat ini menjadi penyebab Covid-19. Para peneliti sengaja mencari bagaimana virus ini bisa menular dari hewan ke manusia. Mereka pun menggelar penelitian hingga ke sumber asal para kelelawar yang ada di goa-goa di Guangdong di China selatan.
"Saya cari nama-nama peneliti yang terlibat, Daschek, Lee, mereka memulai penelitian, sejak SARS merebak (2002). Untuk mengetahui bagaimana mekanisme lompatnya virus hewan liar bisa masuk ke manusia. Sebab, kalau kita tahu bagaimana mereka loncat, kita bisa tahu mitigasinya lebih cepat," tuturnya.
Menurut Ahmad, dokumen penelitian ini sebenarnya bersifat rahasia karena berisi ide-ide orisinil para peneliti virus tersebut. Namun, karena kecurigaan publik atas bocor virus dari laboratorium Wuhan mencuat dan meresahkan warga dunia, dokumen ini lantas dibuka ke publik.
"Nah tapi karena ada orang awam yang pengen tahu banget ya mereka menuntut ke pengadilan untuk dibuka, ya gapapa, dan itu dokumennya proposal penelitian yang didanai. Jadi ini yang disebutkan dalam tanda kutip bocor tadi itu, gak ada dokumen yang lain, hanya itu," tambahnya.
Ahmad menuturkan dokumen penelitian virus corona oleh Laboratorium Wuhan yang dibuka oleh Amerika Serikat tersebut merupakan pemberian dana untuk riset SARS-CoV-1 di tahun 2014-2019.
"Setelah didanai oleh Amerika mereka mulai survey. Mereka menemukan corona virus yang sequencenya sangat mirip dengan Sars Cov-1, mereka namakan WIV-1, WIV-1 ini ketika disandingkan sequence dia denganSars Cov-1itu mirip. Cuma bedanya mereka ga bisa menimbulkan penyakit di hewan percobaan," papar Ahmad.
Selain itu terdapat dokumen kedua berupa pemberian dana riset untuk 2020-2025. Namun, dana ini tak jadi meluncur lantaran dijegal Presiden AS Donald Trump usai pandemi merebak.
Pemberian dana kedua ini menurut Ahmad ditujukan untuk memperluas penelitian ke kawsan Asia Tenggara dengan tujuan mengatasi wabah serupa SARS kembali terjadi. Tapi, ternyata pada akhir 2019 wabah yang lebih besar sudah terjadi.
(mrh/eks)