Selain itu terdapat dokumen kedua berupa pemberian dana riset untuk 2020-2025. Namun, dana ini tak jadi cair lantaran dijegal Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, akibat pandemi merebak.
Pemberian dana kedua ini, menurut Ahmad, ditujukan buat memperluas penelitian ke kawasan Asia Tenggara dengan tujuan mengatasi wabah serupa SARS kembali terjadi. Namun, ternyata pada akhir 2019 wabah yang lebih besar sudah terjadi.
Menurut Ahmad, dokumen penelitian ini sebenarnya bersifat rahasia karena berisi ide-ide orisinil para peneliti virus tersebut. Namun, karena kecurigaan publik atas teori kebocoran virus Covid-19 dari laboratorium Institut Virologi Wuhan mencuat, dokumen ini lantas dibuka ke publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah tapi karena ada orang awam yang pengen tahu banget ya mereka menuntut ke pengadilan untuk dibuka, ya enggak apa-apa, dan itu dokumennya proposal penelitian yang didanai. Jadi ini yang disebutkan dalam tanda kutip bocor tadi itu, enggak ada dokumen yang lain, hanya itu," ucap Ahmad.
Isu kebocoran virus corona SARS-CoV-2 dari laboratorium Institut Virologi Wuhan terus menjadi perdebatan karena disebut-sebut menjadi tempat awal mula Covid-19 menyebar, akibat penelitian virus corona yang intensif dilakukan di tempat itu sejak 2014.
Dalam dokumen setebal 900 halaman yang didapat The Intercept, lembaga kesehatan EcoHealth Alliance disebut menggunakan uang pemerintah AS untuk melakukan proyek penelitian virus corona SARS-CoV-1.
Proposal penelitian berjudul 'Memahami Risiko Kemunculan Virus Corona Kelelawar' itu menguraikan ambisi EcoHealth Alliance untuk meneliti ribuan sampel kelelawar untuk menciptakan virus corona baru.
(mrh/ayp)