Kennett dan timnya menganalisis apa yang direpresentasikan oleh material yang hangus dan meleleh, serta sisa-sisa manusia dengan "disartikulasi ekstrem dan fragmentasi kerangka".
Dari analisis tanah mengungkapkan kandungan pada bola kecil besi dan silika serta logam cair yang ada di wilayah kota kuno tersebut. Kennett menambahkan bukti utama ledakan udara yang ditemukan oleh timnya adalah bahan yang disebut mineral kuarsa kejut atau shocked quartz.
"Ini adalah butiran pasir yang mengandung retakan yang terbentuk di bawah tekanan yang sangat tinggi," kata peneliti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah itu juga memiliki kadar garam tinggi pada lapisan-lapisan yang terbentuk pada saat ledakan udara. Menurut penulis, lapisan itu bisa saja terlempar oleh ledakan. Kennett menyimpulkan hal itu bisa menjadi alasan mengapa Laut Mati sangat kaya akan garam.
Tell el-Hamman yang terletak di timur laut Laut Mati diperkirakan merupakan wilayah dengan jumlah penduduk 10 kali lipat lebih padat dari Yerusalem. Wilayah itu juga kerap dikaitkan dengan kota Sodom selama bertahun-tahun.
Pada 2015, profesor studi Alkitab dan apologetika di Trinity Southwest University, Steven Collins, mengatakan kepada situs Popular Archaeology yakni ciri-ciri Kota Tall el-Hammam memenuhi setiap kriteria dalam kisah Kota Sodom.
"Semua pengamatan yang dinyatakan dalam kejadian, konsisten dengan ledakan kosmik. Tetapi tidak ada bukti ilmiah bahwa kota yang hancur ini memang Sodom dari Perjanjian Lama," kata Collins seperti dikutip Newsweek.
(can/ayp)