Ketika es mencair, tanah dan permukaan Bumi perlahan-lahan kembali ke bentuk sebelumnya. Para ilmuwan percaya proses tersebut bertanggung jawab atas seluruh goyangan Bumi.
Terakhir, para peneliti meyakini konveksi mantel juga mempengaruhi goyangan Bumi.
Proses tersebut merupakan sirkulasi arus magma di bawah Bumi yang mendorong pergerakan lempeng tektonik di permukaan planet. Pergerakan itu membikin bobot tidak seimbang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penulis pertama dari NASA, Surendra Adhikari, mengatakan ketiga faktor tersebut berkontribusi terhadap redistribusi signifikan massa Bumi, yang menyebabkan efek goyangan pada Bumi.
"Penjelasan tradisional adalah bahwa satu proses, rebound glasial, bertanggung jawab atas gerakan poros putar Bumi ini," ucap Surendra.
Sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, menyampaikan, pergeseran poros Bumi yang justru menyebabkan perubahan iklim.
Dia mengatakan sudut poros Bumi terhadap true north disebut memiliki pengaruh terhadap jumlah radiasi yang diterima tempat-tempat di permukaan Bumi, dikenal sebagai efek eccentricity dan obliguity.
Herizal menjelaskan perubahan eccentricity atau obliguity yang signifikan akan mempengaruhi secara signifikan budged kesetimbangan energy di permukaan Bumi yang pada akhirnya mempengaruhi sistem iklim.
"Variabilitas obliguity ini dikenal dengan siklus 33 tahunan," ujar Herizal kepada CNNIndonesia.com pada 30 April lalu.
Lihat Juga : |
Pada sisi lain, Herizal juga menjelaskan hubungan langsung antara gletser yang mencair dengan poros Bumi yang semakin miring. Dia berkata pada saat sistem iklim Bumi berubah maka akan mengubah semua komponen sistem iklim Bumi yang terdiri dari sistem atmosfer, hidrosfer (termasuk lautan), kriosfer (termasuk gletser), dan biosfer (daratan).
(mts/ayp)