Sokonindo Automobile (DFSK) dan sejumlah media nasional melakukan uji irit bahan bakar pikap Super Cab di Jawa Barat, Rabu (22/9) dengan metode pengujian 'fuel to fuel'.
Ada enam pikap Super Cab dan satu unitnya ditumpangi dua jurnalis. Setiap unit akan diberi tambahan beban yang ditotal memiliki berat 1 ton. Dalam uji coba kali ini semua unit yang digunakan merupakan varian mesin bensin 1.500 cc dengan transmisi manual.
Perjalanan dalam uji irit ini dimulai dengan menuruni kawasan Lembang menuju Kota Bandung, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya yang ikut dalam uji irit memilih untuk tidak menyalakan pendingin kabin (AC) pada awal perjalanan karena kebetulan udara Lembang sangat sejuk.
Lalu lintas di wilayah Lembang saat itu tidak terlalu padat. Hal tersebut memang menguntungkan karena mesin tidak stop and go. Mobil yang saya kendarai menghadapi kondisi jalan yang bervariasi mulai menurun dan menikung ketika masih melaju di Lembang.
![]() |
Tidak terasa saya dan rombongan akhirnya sudah memasuki pusat Kota Bandung. Padatnya lalu lintas ada di depan mata, dan yang harus saya hadapi untuk mencapai titik finish.
Mengemudi DFSK Super Cab di dalam kota tidak terlalu menyulitkan. Moncongnya yang pendek cukup membuat saya lebih percaya diri untuk menyalip mobil lain. Lingkar kemudinya juga terasa ringan karena sudah memiliki sistem power steering sehingga tidak perlu tenaga berlebihan, dan saat harus u-turn (putar balik).
DFSK Super Cab sudah menyodorkan AC dan sistem hiburan untuk mendengarkan musik atau radio. Jadi sistem hiburan saya nyalakan untuk menemani selama perjalanan.
Super Cab varian bensin yang saya gunakan ini dilengkapi mesin berkode DK15 1.500 cc bertenaga 102 hp dan torsi 140 nm. Sementara versi diesel 1.300 cc hadir dengan torsi lebih kuat 190 Nm dan tenaga 75 daya kuda.
Sedangkan ukuran bak belakang panjang 2.310 mm, lebar 1.670 mm, tinggi 340 mm, serta mempunyai kapasitas daya angkut hingga 1.399 kg.
![]() |
Sesampainya di garis finish panel instrumen menampilkan total jarak tempuh mobil sejauh 57 km. Setelah bahan bakar diisi ulang kembali mobil yang saya kendarai butuh 1 liter untuk menjangkau jarak 15,4 km, sementara rekan jurnalis lain berhasil menyentuh angka 15,8 km dengan 1 liter bahan bakar.
Menurut pengemudi untuk bisa mencapai hasil itu dengan tidak menghidupkan AC selama perjalanan. Perlu dipahami kompresor AC dalam kondisi nyala sangat membebani kerja mesin mobil.
Secara teknis untuk AC harus bekerja "keras" menghasilkan udara dingin pada kabin mobil. Dan kondisi itu mempengaruhi mesin sehingga terasa lebih berat.
Uji coba kebutuhan bahan bakar DFSK Supercab yang kami lalukan ini jauh lebih baik dari pengujian yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yaitu 13,5 km per liter menurut DFSK.
(ryh/ryh/mik)