Jakarta, CNN Indonesia --
Medan magnet Bumi disebut kerap mengalami perubahan arah, dan bisa berdampak pada sinyal GPS ponsel dan membaliknya Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Peneliti dari Badan Luar Angkasa Eropa (ESA) memberikan hipotesis soal melemahnya medan magnet Bumi yang disebut menjadi tanda bakal terbaliknya medan magnet dari Kutub Utara dan Selatan.
Medan magnet Bumi berfungsi menahan atmosfer di tempat dan melindungi manusia dari radiasi kosmik berbahaya dan Badai Matahari. Akan tetapi, secara berkala dalam periode jutaan tahun, medan magnet terbalik sehingga Kutub Utara dan Kutub Selatan bertukar tempat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fitri Nuraeni dari Pusat Sains Antariksa LAPAN mengatakan pembalikan orientasi medan magnet Bumi tidak menghilang sesuai flux preservation theorem oleh Ned Benton.
Istilah flux preservation theorem dicetuskan oleh Ned Benton. Ia adalah seorang peneliti geomagnetik yang mempelajari perubahan makin berkurangnya kekuatan medan magnet Bumi hingga mencapai nol dalam 4.000 tahun.
Teori yang ia buat itu jelas menyatakan bahwa fluks tidak akan meninggalkan permukaan inti dari medan magnet karena memiliki konduktivitas listrik yang sangat tinggi.
Hal tersebut merupakan jawaban atas kekhawatiran hilangnya gravitasi Bumi karena perubahan medan magnet ini.
Lebih lanjut Fitri menjelaskan medan magnet Bumi bukan berupa medan magnet dengan dua kutub yang sederhana seperti kerap dilihat pada magnet yang ada di alam. Tapi, medan magnet Bumi jauh lebih rumit.
Fitri menegaskan bahwa medan magnet Bumi bersifat fluktuatif. Sebab, medan magnet yang terukur di permukaan Bumi merupakan akumulasi dari medan magnet internal dan eksternal yang berasal dari medan magnet Matahari.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Menurut catatan dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), kutub utara dan selatan Bumi sempat terbalik tiga kali dalam 100 juta tahun terakhir.
Pembalikan kutub yang terakhir terjadi sekitar 780 ribu tahun yang lalu. Fenomena ini dikenal sebagai Brunhes-Matuyama Reversal.
Peristiwa ini disebut memiliki kaitan dengan konveksi yang berada di batas mantel dan inti Bumi yang membangkitkan medan magnet induksi.
Hal ini terekam dalam studi paleomagnetisme. Para ahli geologi meneliti jejak magnet masa lalu yang terekam dalam batuan sedimen dan menemukan ada pola pembalikan kutub magnet, yang dikenal dengan sebutan magnetic reversal.
Salah satu pergeseran medan magnet yang menjadi sorotan adalah gerakan 2,5 derajat per tahun 39 ribu tahun yang lalu, tepat ketika medan magnet Bumi melemah di sekitar pantai barat Amerika Tengah.
Berubah setiap 200 juta tahun
Penelitian yang dilakukan oleh University of Liverpool menjelaskan kutub magnet Bumi disebut berputar setiap 200 juta tahun.
Para peneliti tersebut melakukan analisis paleomagnetik termal dan gelombang mikro pada sampel batuan dari aliran lava purba di timur Skotlandia untuk mengukur kekuatan medan geomagnetik.
Studi tersebut juga menganalisis semua kendala dalam proses penelitian sampel yang berusia 200 hingga 500 juta tahun yang lalu, yang dikumpulkan selama 80 tahun terakhir
Tim peneliti mendapati ada penurunan kekuatan medan geomagnetik yang terdapat di batuan sampel antara 332 dan 416 juta tahun yang lalu. Temuan itu memiliki skala perbandingan seperempat dari objek yang sebelumnya diteliti.
Peneliti menyebut temuan ini mirip dengan periode kekuatan medan magnet rendah yang diidentifikasi sebelumnya, sekitar 120 juta tahun yang lalu, selama periode sebelumnya (sekarang disebut Mid-Palaeozoic Dipole low/MPDL).
Medan Magnet berubah lebih cepat
Pada penelitian berbeda disebut medan magnet Bumi berubah arah 10 kali lebih cepat dari yang diperkirakan.
Studi palaeomagnetik di masa lalu telah menunjukkan bahwa medan magnet dapat mengubah arah hingga 1 derajat per tahun, namun studi terbaru menunjukkan bahwa pergerakan mencapai 10 derajat per tahun.
Pernyataan tersebut didasarkan pada simulasi komputer terinci dari inti luar Bumi yang terbuat dari nikel dan besi sekitar 2.800 kilometer (1.740 mil) di bawah permukaan Bumi. Inti luar tersebut mengendalikan medan magnet di Bumi.
"Kami memiliki pengetahuan yang sangat tidak lengkap tentang medan magnet sebelum 400 tahun yang lalu. Karena perubahan cepat ini mewakili beberapa perilaku yang lebih ekstrem dari inti cair, mereka dapat memberikan informasi penting tentang perilaku interior bumi yang dalam," ujar penulis studi dan ahli geofisika Chris Davies dari University of Leeds di Inggris.
[Gambas:Video CNN]