Pakar Sepakat Air Tanah Dibatasi Supaya Jakarta Tak Tenggelam
Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Eddy Hermawan, menyatakan penggunaan air tanah memang harus dibatasi buat menahan laju penurunan muka tanah di DKI Jakarta.
menyampaikan bahwa pihaknya ingin mencontoh langkah yang dilakukan oleh Kota Tokyo, Jepang dan beberapa negara di Eropa terkait pemanfaatan air tanah.
Menurutnya, pemerintah harus mengoordinasikan penggunaan air tanah dengan membuat sistem manajemen yang baik.
"Kita ingin mencontoh Tokyo, negara Eropa bagaimana mereka memanfaatkan [air tanah]. Jadi enggak sembarang orang ngebor, bikin sumur, tapi pemerintah itu mengoordinasikan air tanah itu kemudian dimasukkan lagi, dipakai. Jadi dibuat secara manajemen yang baik," kata Eddy dalam Webinar Lectur Series Majelis Profesor Riset (MPR)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berlangsung daring, Rabu (6/10).
Akan tetapi, menurut Eddy pengendalian penggunaan air tanah harus tetap membuat masyarakat bisa mendapatkannya secara mudah.
"Sudah waktunya, kita menuju modern city seperti di negara sudah maju. Tapi kendalanya Tokyo berapa luasnya sih, seperti Jakarta yang sudah besar, apalagi sepanjang Pantura [Pantai Utara], mereka [Tokyo] juga kewalahan juga," ujarnya.
Dalam kesempatan sama, Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi, Robert Delinom, menyatakan kegiatan yang paling berkontribusi besar dalam penurunan tanah di Jakarta ialah kompaksi atau pemadatan tanah yang dilakukan dengan energi mekanik.
"Jadi sebenarnya kontribusi air tanah dalam turunnya tanah di suatu daerah [tidak besar], yang besar adalah kompaksi yang punya peranan paling banyak," kata Delinom.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>