Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap fakta gempa tektonik magnitudo 4,8 yang mengguncang wilayah Pacitan, Timur, Rabu (13/10) pukul 12.00 WIB dan tak berpotensi tsunami.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono mengatakan gempa Pacitan terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di Samudra Hindia, Selatan Jawa.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di Samudra Hindia, Selatan Jawa," ujar Daryono lewat pesan teks, Rabu(13/10) siang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gempa ini tidak berpotensi tsunami karena magnitudonya relatif kecil untuk menciptakan deformasi dasar laut," tambahnya.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki episenter pada koordinat 8,87 LS dan 110,97 BT, tepatnya di laut pada jarak 78 kilometer arah Barat daya Pacitan dengan kedalaman hiposenter 55 kilometer.
Daryoni menjelaskan guncangan gempa tektonik itu dirasakan di beberapa wilayah. Seperti Pacitan, Wonogiri, Trenggalek, Gunungkidul, Bantul, Yogyakarta, Klaten dan beberapa tempat lainnya.
Di wilayah Yogyakarta kekuatan gempa tercatat II MMI atau dirasakan oleh beberapa orang dan benda ringan bergoyang.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG hingga pukul 12.51 WIB menunjukkan, belum adanya aktivitas gempa susulan atau aftershock.
"Hingga pukul 12.51 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan belum terjadi aktivitas gempa susulan," ungkapnya.
BMKG mengungkap sejauh ini belum diketahui akibat dari gempa tersebut apakah menimbulkan kerusakan atau korban di wilayah terdampak.
Beberapa waktu lalu BMKG sempat mengungkap agar masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mewaspadai potensi skenario terburuk gempa dan tsunami setinggi 28 meter.
Pihaknya memperkirakan peristiwa itu bisa terhadi akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan kesiapan dan kewaspadaan diperlukan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mengintai pesisir selatan Jawa, yang berpotensi menerjang dalam 29 menit.
Peringatan serupa juga sempat dituturkan Dwikorita pada Juli lalu. Dia memperingatkan ada potensi gempa bumi di atas Magnitudo 7 dan tsunami hingga 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur.
Ia menyebut kawasan wilayah pesisir Jatim berpotensi tersapu tsunami dengan tinggi maksimum 26 meter sampai 29 meter di Kabupaten Trenggalek. Sementara waktu tiba tercepat 20-24 menit di Kabupaten Blitar.