Peneliti Temukan Keanehan di Pluto, Atmosfer Menghilang

CNN Indonesia
Senin, 25 Okt 2021 06:13 WIB
FPeneliti sebut terdapat keanehan di Pluto, diduga atmosfer planet kerdil ini menghilang lantaran suhu benda langit itu terus menurun. (Dok. NASA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti menemukan perubahan yang aneh pada atmosfer Pluto. Perubahan tersebut mengindikasikan hilangnya atmosfer karena suhu di permukaan planet kerdil tersebut terus turun.

Pluto sebelumnya merupakan planet ke sembilan di tata surya. Namun pada 2006, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) memutuskan untuk mengubah definisi planet yang membuat Pluto dikeluarkan dari jajaran planet tata surya. Saat ini Pluto dikategorikan sebagai planet kerdil bersama dengan sejumlah objek langit yang berada di Sabuk Kuiper.

Planet kerdil yang berjarak 4,8 miliar kilometer dari Bumi ini diteliti oleh ilmuwan saat melintas di depan sebuah bintang pada 2018. Melalui pancaran sinar bintang yang datang dari balik Pluto, peneliti dapat melakukan observasi pada planet kerdil tersebut dan atmosfernya.

Dilansir dari Earth Sky, fenomena yang tepatnya terjadi pada 15 Agustus 2018 ini disebut okultasi. Okultasi merupakan fenomena langit ketika sebuah objek langit ditutupi oleh objek langit lainnya.

Dilansir dari keterangan resmi dari Institut Penelitian Southwest (SwRi) pada Kamis (04/10), peneliti menggunakan beberapa teleskop di Amerika dan Mexico untuk mengobservasi Pluto dan atmosfer tipisnya yang sebagian besar disusun oleh nitrogen, seperti Bumi. Sehingga jika es yang banyak terdapat di Pluto menghangat, maka akan akan berpengaruh signifikan pada kepadatan atmosfernya.

 bergerak menjauh dari Matahari selama 25 tahun terakhir, menyebabkan temperatur planet kerdil tersebut semakin menurun. Dan melalui penelitian terakhir, peneliti menemukan bukti yang menunjukkan bahwa atmosfer Pluto mulai kembali menjadi es dikarenakan temperatur planet yang terus turun.

Meski begitu, dikarenakan fenomena yang dikenal dengan inersia termal, tekanan pada permukaan Pluto dan kepadatan atmosfernya terus meningkat hingga 2018. Hal ini disebabkan oleh sisa-sisa panas yang didapatkan ketika Pluto melintas dekat dengan Matahari.

Namun saat ini inersia termal tersebut mulai memudar dan Pluto menjadi semakin dingin, membuat atmosfernya membeku kembali dan akhirnya 'menghilang.'

Sebuah analogi untuk hal ini adalah Matahari yang memanaskan pasir di pantai," ucap Staf peneliti SwRI, Leslie Young yang mempelajari interaksi objek planet es di tata surya dengan permukaan dan atmosfernya.

"Cahaya Matahari sangat banyak pada tengah hari, namun pasir akan terus menyerap panas hingga sore, sehingga akan jadi paling panas saat sore hari. Atmosfer Pluto yang terus bertahan menunjukkan bahwa penampungan es nitrogen di permukaan Pluto tetap terjaga dengan menyimpan panas di bawah permukaannya. Data terbaru menunjukkan mulai terjadi pendinginan," ucap Young.

Dilansir dari Space, peneliti melihat bintang mulai menghilang ketika Pluto melintas di depannya dan kemudian bintang muncul kembali setelah planet kerdil tersebut selesai melintas. Fenomena tersebut berlangsung selama sekitar dua menit.



(lnn/eks)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK