Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN, Johan Muhammad mengungkapkan bahwa badai Matahari tidak selalu menimbulkan dampak negatif pada manusia dan kehidupan di Bumi.
"Badai Matahari itu bisa ganggu kehidupan manusia kalau badai Mataharinya cukup besar dan arahnya pas ke bumi," kata Johan pada Instagram Live Pussainsa LAPAN, @pussainsa_lapan, Kamis (21/10).
"Karena matahari itu jauh jaraknya dari Bumi, 150 juta kilometer, jadi tidak selalu badai Matahari itu memiliki dampak negatif pada kehidupan manusia," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Johan juga menjelaskan bahwa badai Matahari adalah fenomena di Matahari yang berupa ledakan, yang disebabkan oleh dinamika pergerakan plasma di dalam dan luar Matahari, karena di matahari berukuran besar dan skala ledakannya juga besar sehingga dampaknya bisa sampai ke Bumi.
Peningkatan aktivitas matahari tersebut akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap cuaca antariksa, terutama perubahan kerapatan plasma di lingkungan antariksa dekat bumi.
Kondisi cuaca antariksa itu juga akan mempengaruhi satelit-satelit yang mengorbit bumi, khususnya satelit yang berada di orbit rendah.
Meski demikian dampak badai Matahari tidak selalu negatif. Imbas dari badai Matahari bisa dilihat sebagai aurora yang indah pada malam hari bagi mereka yang tinggal di garis lintang utara atau selatan Bumi.
"Kemudian juga yang paling nyata bisa timbul fenomena di langit seperti aurora yang juga seperti ada cahaya-cahaya yang menari-nari di langit berwarna warni yang indah," kata Johan.
Johan menjelaskan bahwa badai Matahari membawa partikel-partikel berenergi tinggi. Ketika partikel tersebut sampai di Bumi, ia bisa menembus perisai geomagnet Bumi.
Geomagnet Bumi tersebut memiliki celah yang berada di bagian atas atau bawah lintang atau di kutub sehingga jalurnya akan memasuki kutub terlebih dahulu.
"Partikel-partikel berenergi yang masuk ke Bumi kemudian dia bertumbukan dengan molekul yang ada di atmosfer sehingga menghasilkan pendaran cahaya yang kita lihat sebagai aurora," imbuh Johan.
Aurora akan tampak berwarna-warni di wilayah dekat Kutub Utara atau Selatan. Fenomena ini dikenal sebagai Aurora Borealis di utara dan Aurora Australia di selatan.
Lebih lanjut, Johan menjelaskan bahwa badai Matahari merupakan istilah umum. Terdapat berbagai fenomena yang termasuk ke dalam istilah badai Matahari diantaranya adalah flare, yang merupakan ledakan atau peningkatan radiasi di Matahari secara mendadak.
Kemudian ada pula pelepasan plasma yang kuat dari Matahari yang disebut coronal mass ejections (CME).
Selain itu badai Matahari tentu berbeda dengan badai yang terjadi di Bumi. Menurut Johan, badai yang ada di Bumi merupakan fenomena yang terjadi di atmosfer bumi yang terkait dengan kondisi iklim seperti hujan deras dan angin kencang.
"Kemudian, jenisnya juga berbeda. Kalau di Bumi lebih pada gangguan di atmosfer Bumi seperti perbedaan tekanan. Sedangkan badai Matahari terkait dengan pelepasan energi di atmosfer matahari yang kaitannya dengan medan magnet di matahari sendiri," papar Johan.
(mrh/fjr)