Jakarta, CNN Indonesia --
Pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya mengatakan Indonesia memiliki kesempatan besar menjadi raksasa digital dunia setelah China dan India. Hal itu merujuk pada jumlah penduduk Indonesia peringkat empat terbanyak di dunia.
"Indonesia bisa menjadi raksasa digital ini cukup realistis. Kenyataannya adalah kita merupakan negara dengan penduduk nomor 4 di dunia," ujar Alfons kepada CNNIndonesia.com, Jumat (22/10).
Sebelumnya Presiden Joko Widodo mengungkap Indonesia berpotensi menjadi negara raksasa digital setelah China dan India. Hal itu disebut Jokowi dapat membawa Indonesia menjadi ekonomi terbesar dunia ke-7 pada 2030.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia berpotensi memiliki potensi besar untuk menjadi raksasa digital setelah China dan India dan bisa membawa kita menjadi ekonomi terbesar dunia ke-7 di 2030," kata Jokowi dalam OJK Virtual Innovation Day 2021, Senin (11/10).
Menurut Alfons, keinginan Joko Widodo bukan tidak mungkin terwujud, namun jika ingin menjadi raksasa digital Indonesia perlu mengetahui apa kekuatannya.
Alfons mengatakan sangat sulit untuk bersaing dengan penguasa digital yang sudah ada seperti untuk bidang aplikasi sudah dikuasai Amerika Serikat, dan untuk bidang perangkat keras dikuasai Tiongkok. China saat ini bisa mendominasi ekosistem digital dunia bersaing dengan Amerika Serikat.
"Jadi kalau ngotot bermain di dua bidang itu kemungkinan besar tidak akan untuk bisa menjadi pemain yang dominan," pungkasnya.
Ahli kritik strategi digital di Indonesia baca ke halaman kedua ---->>>
Ia mengatakan Indonesia perlu menggali apa potensi yang bisa diutamakan di bidang digitalisasi. Alfon menilai ekosistem digital di Indonesia perlu ditingkatkan.
Ia mengatakan penetrasi pemerataan koneksi internet di Indonesia masih merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Di samping itu ia mengatakan pemerintah berkepentingan dan mendukung laju arus digital, namun hal ini perlu dibarengi dengan pemerataan pengetahuan di jajaran pemerintahan.
Ia menjelaskan masih banyak pelayanan publik di pemerintahan yang gagap digital. Kondisi ini sebaiknya ada perbaikan di sumber daya manusia.
Terpisah, Pakar Informasi dan Teknologi Institut Teknologi Bandung(ITB), Budi Rahardjo mengatakan pemerintah juga harus berperan dalam mendukung Indonesia menjadi raksasa teknologi dunia.
Dia menyarankan pemerintah bisa membeli produk teknologi buatan dalam negeri. Dengan begitu pemerintah dapat mendukung dan memberi keberpihakan kepada perusahaan teknologi rintisan lokal.
"Peran pemerintah itu harus pembeli (produk) teknologi, jadi harus membeli teknologi buatan Indonesia, pemerintah harus berpihak. Gausah ribet-ribet ngasih dana segala macam, beli aja di startup-startup lokal," ujar Budi kepada CNNIndonesia.com.
Ia mengatakan pemerintah harus berani berpihak kepada produsen teknologi dalam negeri, meskipun terkadang keberpihakan itu menghasilkan tekanan pada negara-negara lain.
Lebih lanjut Budi berharap raksasa teknologi dunia yang dimaksud Joko Widodo itu bukanlah menjadi pasar teknologi, melainkan menjadi pemain dalam produk teknologi itu.
"Kita pengennya yang dimaksud raksasa itu menjadi pemainnya, bukan menjadi pasar aja. Itu yang harus kita perjuangkan," tuturnya.
Budi menambahkan Indonesia nantinya dapat menjalin kolaborasi dengan China dan India, untuk mengembangkan teknologi agar menjadi mitra dalam pengembangan produk digital.
"Jadi kita mengembangkan teknologi bermitra dengan dua negara itu. Jadi iklimnya lebih ke kolaborasi. Tapi dengan catatan pasar orang Indonesia punya orang Indonesia ya," tuturnya.