Karena lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA) tidak memiliki protokol untuk kematian mendadak di stasiun ruang angkasa internasional (ISS), komandan stasiun mungkin akan memutuskan bagaimana menangani jenazah tersebut.
Astronot Kanada dan mantan komandan ISS Chris Hadfield mengatakan jika seseorang meninggal saat menggunakan EVA, ia akan membawa mereka ke dalam airlock terlebih dahulu.
Ia mengatakan akan menahan jenazah di dalam pakaian bertekanan mereka. Tubuh benar-benar membusuk lebih cepat dengan pakaian antariksa dan ia tidak ingin bau daging busuk atau gas, ini bukan sanitasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi dia akan menyimpannya dalam setelan mereka dan menyimpannya di tempat yang dingin di stasiun.
Seperti di kapal selam, jika kehilangan anggota awaknya dan tidak dapat segera mendarat, mereka menyimpan mayat di dekat torpedo, yang merupakan ruang dingin dan terpisah dari tempat tinggal kru.
Adapun prosedurnya, tubuh pertama-tama harus disingkirkan dari pandangan dan dicegah mencemari udara di dalam pesawat ruang angkasa saat membusuk. Jenazah akan dimasukkan ke dalam kantong Gore-Tex dan disegel.
Dikutip dari IFL Science, tubuh tak akan dikirim kembali ke Bumi karena kondisi yang tak mungkin. Jenazah juga tak dapat dikremasi karena berpotensi menimbulkan bahaya. Sehingga tim dari NASA mempertimbangkan jenazah mendapatkan penguburan ekologis.
Caranya, tubuh akan dibekukan dan kemudian digetarkan menggunakan lengan robot hingga berbentuk seperti debu. Bubuk jenazah kemudian bisa disimpan dan dapat dikembalikan kepada keluarga.
Ide tersebut sebenarnya sudah dikembangkan pada 2005 namun baru dimatangkan pada 2013. Pendiri Promessa kemudian mengumumkan bahwa NASA beserta pihak swasta yang tak disebutkan, siap menggunakan rencana penguburan ekologis.
Dalam keadaan darurat selama perjalanan ke Mars, astronaut yang meninggal di luar angkasa, akan dimakamkan dengan cara pemakaman ekologis, menurut laporan Astronomy.
(can/fea)