Bila setelah melalui penelitian laboratorium dan bisa dibuktikan bahwa benda tersebut merupakan peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya, tentu nilai ekonomisnya akan sangat tinggi. Tidak hanya nilai intrinsik logamnya saja, misal emas, yang dinilai, namun juga nilai historis dan kelangkaannya.
Penelitian benda kuno yang ditemukan di perairan pun cenderung lebih sulit dibandingkan dengan penemuan di atas daratan. Seperti arca Kepala Buddha yang terpotong ditemukan di pesisir Sungai Kedukan, Palembang, pada 1994 di kawasan yang juga menjadi lokasi penemuan Prasasti Kedukan Bukit bertarikh 683 Masehi (604 Saka). Umur artefak bisa ditentukan dari lapisan tanah di lokasi penemuan di atas daratan. Sementara benda kuno di dalam air tidak bisa ditentukan dari hal tersebut.
Selain itu, temuan cincin perhiasan logam yang diklaim ditemukan oleh Sean Kingsley, peneliti asal Inggris, dihiasi dengan permata. Namun hasil penemuan dan penelitian terhadap cincin perhiasan masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Indonesia, cincin perhiasan masa tersebut jarang sekali yang menggunakan permata. Cincin perhiasan pada masa Sriwijaya dan Majapahit biasanya diukir dengan simbol-simbol agama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Ciri khas simbol agama tersebut pun tidak serta-merta mengartikan cincin perhiasan tersebut merupakan peninggalan masa lampau karena masih ada penganut Buddha dan warga di India yang membuat cincin serupa. Sehingga, memang perlu ada penelitian lebih lanjut juga terkait simbol agama tersebut.
"Logam pun kalau bentuk arca bisa dilihat identitasnya. Meskipun bisa ditiru dan kemungkinan besar ditiru. Orang Trowulan dan Mojokerto ahli bikin replika arca dari logam. Arkeolog saja bisa terkecoh, mata awam tidak akan bisa membedakan," ungkap dia.
Isu harta karun masa Sriwijaya ini, ujar Retno, tidak terlalu ditanggapi secara serius oleh arkeolog di Indonesia. Karena publikasi Sean Kingsley yang tersebar bukan jurnal ilmiah, tidak mencantumkan sumber referensi, majalah Wreckwatch yang menjadi media publikasinya pun bukan majalah ilmiah, dan sumbernya pun tidak jelas.
"Dia bilang lima tahun belakangan baru ditemukan, padahal aktivitas penyelaman sudah berlangsung puluhan tahun sampai sekarang masih ada. Kalau lima tahun lalu pun temuannya tidak ada yang signifikan," jelas Retno.