Berikut sejumlah efek perlambatan rotasi Bumi:
Peneliti menemukan efek perlambatan rotasi Bumi berkaitan dengan penambahan kadar oksigen di atmosfer 2,4 miliar tahun lalu.
Ahli mikrobiologi Gregory Dick dari Universitas Michigan menjelaskan Hal ini terjadi karena dengan siang hari yang lebih panjang, maka makhluk berklorofil bisa memproduksi lebih banyak oksigen, khususnya alga hijau-biru (atau cyanobacteria).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat lonjakan alga hijau-biru, terjadilah Peristiwa Oksidasi Hebat. Kehadiran mereka membuat atmosfer Bumi mengalami peningkatan oksigen luar biasa. Sebab, tanpa oksigen yang cukup kehidupan di Bumi tak mungkin muncul.
Para ilmuwan memprediksi bahwa pada 2018, aktivitas seismik Bumi dengan gempa bumi bermagnitudo besar akan semakin sering terjadi.
Peningkatan ini akan terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Peningkatan frekuensi guncangan sendiri diyakini terjadi karena perubahan kecepatan rotasi Bumi.
Hubungan erat antara meningkatnya magnitude guncangan dan aktivitas seismik Bumi dengan kecepatan rotasi Bumi diteliti oleh Roger Bilham of the University of Colorado dan Rebecca Bendick of the University of Montana.
Kedua ilmuwan telah merekam seluruh gempa bumi dengan magnitude 7 Skala Richter atau lebih besar sejak 1900. Mereka menemukan bahwa gempa lebih sering terjadi ketika kecepatan rotasi Bumi berubah.
Lihat Juga : |
Mereka juga menemukan bahwa rotasi Bumi melambat signifikan secara periodik dalam lima tahun sekali selama satu setengah abad terakhir. Pada periode tersebut frekuensi gempa Bumi meningkat lebih sering dan dahsyat.
Sayangnya, sulit untuk memprediksi di mana gempa hebat akan terjadi. Kendati demikian, Bilham mengatakan bahwa mereka menemukan sebagian besar gempa bumi hebat akan terjadi di dekat khatulistiwa.
Namun, sejumlah ahli menentang hasil penelitian ini dan menyebut perlu pengujian tambahan untuk mencapai kesimpulan.
Pada 1 Juli 2015 terjadi peristiwa lompatan detik terdapat penambahan 1 detik dari waktu satu hari yang seharusnya 23 jam 59 menit 59 detik menjadi 23 jam 59 menit dan 60 detik.
Sejak awal tahun 2015, Badan Sistem Referensi dan Rotasi Bumi Internasional (International Earth Rotation and Reference Systems Service/IERS) sudah mengumumkan bahwa tahun ini akan memiliki waktu 1 detik lebih lama dari 2014.
Untuk mendapatkan waktu yang sesuai dengan gerakan Bumi, maka satu detik ekstra ditambahkan secara berkala pada Universal Time Coordinated (UTC) sebagai patokan standar waktu dunia.
Terakhir, lompatan detik terjadi pada 31 Desember 2016. Biasanya lompatan detik terjadi setiap akhir Juni atau Desember.
Sejak 1972, lompatan detik telah ditambahkan sebanyak 27 kali seperti dilaporkan Earth Sky.
Nasal Observatory Amerika Serikat (AS) menjelaskan penyebab rotasi Bumi melambat dan tidak konstan. Hal itu diungkap berdasarkan pengamatan sejak tahun 1973 hingga 2008.
Ahli menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan rotasi Bumi semakin melambat, baik dari dalam maupun luar Bumi. Kekuatan di dalam planet Bumi seperti angin di permukaan disebut mempengaruhi cara Bumi berputar, serta proses yang menyebabkan tarikan gravitasi benda.
Sehingga ada beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan rotasi Bumi. Hasilnya akan berdampak pada rotasi yang dapat mempercepat atau melambat, tergantung dari beberapa faktor seperti:
1. Efek efek pasang surut air laut yang dipengaruhi oleh gravitasi Bulan
2. Gerakan kopling inti dari mantel Bumi di dalam inti Bumi
3. Keseluruhan distribusi massa planet Bumi
4. Aktivitas seismik
5. Pencairan es dan gletser
6. Cuaca
7. Kondisi lautan
8. Kondisi medan magnet Bumi
(mrh/eks)